Mahasiswa Dihukum karena Mengundurkan diri dari Militer Cina

Selasa, 17 Desember 2019 11:00 WIB

Tentara Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA) berbaris dalam formasi melewati Lapangan Tiananmen saat latihan sebelum parade militer memperingati ke-70 tahun pendirian Republik Rakyat Cina, pada Hari Nasional Cina di Beijing, Cina 1 Oktober 2019.[REUTERS / Thomas Peter]

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota militer Cina, Tentara Pembebasan Cina (PLA), dihukum karena keluar dari angkatan bersenjata.

Seorang mahasiswa dari Provinsi Hainan bernama Zhang Moukang, dihukum dua tahun dengan dilarang berpergian ke luar negeri; berpergian di Cina dengan pesawat, kereta, atau bus; membeli real estat; mendapat pinjaman atau asuransi; membuka bisnis; dan dilarang mendaftar atau belajar di perguruan tinggi atau sekolah menengah.

Dikutip dari CNN, 17 Desember 2019, cerita Zhang diunggah di situs web bahasa Inggris Tentara Rakyat Pembebasan, yang merinci hukuman yang dijatuhkan kepada Zhang setelah dia memberi tahu PLA bahwa dia tidak lagi ingin melayani ketentaraan lagi.

Zhang, yang usianya tidak diungkapkan, tidak akan diizinkan mendapatkan pekerjaan pemerintah seumur hidup, bahkan sebagai pekerja kontrak pemerintah. Larangan ini termasuk dilarang bekerja di perusahaan negara.

Zhang juga didenda US$ 4.000 (Rp 56 juta) ditambah kompensasi kepada militer sebesar US$ 3.750 (Rp 52,5 juta) untuk biaya yang dikeluarkan selama masa singkatnya sebagai seorang prajurit, termasuk pemeriksaan politik, pemeriksaan medis, biaya perjalanan dan hidup, serta tempat tidur dan pakaian.

Advertising
Advertising

Bukan hanya itu, Zhang juga akan menghadapi rasa malu di depan umum karena tindakan dan hukumannya akan dipublikasikan ke masyarakat melalui jaringan, televisi, surat kabar, dan media sosial.

Tentara Pembebasan Rakyat menunjukkan aksinya menggunakan pedang saat tampil sehari sebelum ulang tahun ke-21 kembalinya kota ke kedaulatan Cina dari pemerintahan Inggris, di pangkalan udara, di Hong Kong, Cina, Sabtu, 30 Juni 2018. AP.

Kasus Zhang mungkin jarang, tetapi tidak unik. Ditemukan setidaknya puluhan kasus mantan prajurit yang dihukum seperti ini selama beberapa tahun terakhir.

"Beijing mungkin menggunakan kasus ini untuk membuat pembelajaran dan mempublikasikannya dengan cara yang menjangkau masyarakat yang lebih luas," kata Adam Ni, editor China Neican dan peneliti China di Departemen Studi Keamanan dan Kriminologi di Universitas Macquarie di Australia.

Ni menambahkan bahwa ini adalah contoh dari beberapa ketegangan yang dihadapi PLA. Di satu sisi PLA perlu mempropagandakan citra yang baik, dan di sisi lain perlu menghalangi apa yang dianggap sebagai perilaku buruk dan pembangkangan.

Militer Cina secara teknis didasarkan pada wajib militer, tetapi itu adalah persyaratan yang jarang diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir karena banyak sukarelawan yang maju untuk mengisi posisi dalam seiring modernisasi pasukan yang cepat.

Modernisasi itu membutuhkan lebih sedikit, tetapi lebih banyak taruna berpendidikan. Jadi pasukan telah melakukan perampingan, menekankan sukarelawan yang mahir secara teknis atas wajib militer yang cenderung berasal dari daerah yang lebih miskin dengan pendidikan rendah. Namun, hal ini menimbulkan masalah tersendiri.

Dalam China Power Report 2019, Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) mencatat meningkatnya penentangan yang dihadapi oleh PLA.

"Layanan militer mungkin akan tetap menjadi pilihan karier yang kurang menarik jika ekonomi Cina tetap sehat," katanya. "Meskipun pemuda Cina tetap tertarik pada bidang karir, minat tidak meluas."

Laporan DIA mencatat bahwa Beijing ingin menumbuhkan personel militer tipe baru untuk mempertahankan bakat dan mengembangkan personel yang dapat memenuhi tuntutan perang modern.

Sebuah laporan dari kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah pada Juli mengatakan PLA lebih suka merekrut mahasiswa dan lulusan terpelajar.

Militer Cina modern bukanlah kehidupan yang diinginkannya, menurut laporan di China Military Online.

Setelah bergabung dengan militer pada bulan September, Zhang memantapkan diri berhenti dan pada akhir November dikeluarkan dari PLA.

"Zhang Moukang tidak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan militer Cina karena takut kesulitan dan kelelahan," kata laporan itu.

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

8 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

17 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

20 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

20 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

21 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya