Kim Jong Un Sebut Trump Tua dan Cuma Menggertak?

Reporter

TEMPO

Editor

Budi Riza

Senin, 9 Desember 2019 22:03 WIB

Kim Jong Un menghampiri Donald Trump saat berjumpa di Zona Demiliterisasi, Desa Panmunjom, 30 Juni 2019.[CNN]

TEMPO.CO, Seoul – Media pemerintah Korea Utara, yang dipimpin pemimpin tertinggi Kim Jong Un, menyebut Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, hanya menggertak kosong

Pernyataan ini muncul dari Kim Yong Chol, yang menjabat sebagai ketua Komite Perdamaian Asia Pasifik dari Korea Utara, seperti dilansir KCNA dan dikutip Channel News Asia pada Senin, 9 Desember 2019.

Kim juga menyebut Trump sebagai orang tua yang kehilangan kesabaran seiring Korea Utara meningkatkan tekanan terhadap Amerika terkait pembicaraan denuklirisasi yang mandek.

“Tindakan kami untuk membuatnya terkejut. Jadi , jika dia tidak terkejut, kami akan merasa tersinggung,” kata Kim, yang sempat menjabat sebagai mitra dari Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, saat perundingan damai kedua negara.

Kim menyebut pernyataan Trump sebagai aneh serta menyebut Trump sebagai lelaki tua yang ngawur dan tidak punya perhatian.

Advertising
Advertising

“Dari kata-katanya dan ekspresinya, kita bisa membaca betapa tersinggungnya dia saat ini,” kata Kim.

Menurut dia, Kim Jong Un belum membalas pernyataan Trump dengan menggunakan ekspresi yang menyinggung perasaan. Tapi, ini bisa berubah.

“Dia harus memahami bahwa cara dia menggertak dan kemunafikannya terdengar abnormal dan tidak realistis bagi kami,” kata Kim. “Kami tidak bisa kehilangan lebih banyak.”

Sebelumnya, lewat akun Twitternya, Trump memperingatkan Kim Jong Un agar tidak menunjukkan sikap bermusuhan kepada Amerika Serikat.

Trump mengatakan Korea Utara harus melakukan denuklirisasi setelah pejabat negara itu mengklaim berhasil melakukan tes senjata besar yang signifikan.

“Kim Jong Un terlalu pintar dan bisa kehilangan banyak, kehilangan semuanya, jika dia bertindak bermusuhan lagi. Dia telah menandatangani perjanjian denuklirisasi yang kuat di Singapura,” kata Trump lewat Twitter seperti dilansir Channel News Asia dengan mengutip Reuters pada Ahad, 8 Desember 2019.

Trump mengatakan ini mengacu pada pertemuan pertamanya dengan Kim di Singapura pada 2018.

“Dia tidak ingin merusak hubungan khusus dengan Presiden Amerika Serikat atau mengganggu pemilu Presiden pada November 2019,” kata Trump.

Pernyataan Trump ini mengacu kepada pernyataan media resmi Korea Utara yaitu KCNA bahwa negara tertutup ini telah melakukan tes sangat penting di lokasi peluncuran satelit Sohae.

Ini merupakan lokasi pengujian roket, yang menurut pejabat AS pernah dijanjikan akan ditutup oleh pemerintah Korea Utara.

Uji coba ini terjadi menjelang berakhirnya tenggat akhir tahun oleh Korea Utara agar AS menghentikan desakannya untuk denuklirisasi sepihak. Pyongyang telah memperingatkan akan mengambil langkah baru jika pembicaraan denuklirisasi ini mengalami kebuntuan. Trump dan Kim Jong Un belum bersepakat mengenai kemungkinan pertemuan puncak ketiga setelah pertemuan serupa di Singapura pada 2018 dan Vietnam pada 2019.

Berita terkait

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

3 jam lalu

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

Jika Trump jadi dipenjara, Amerika bisa jadi akan menghadapi momen yang belum pernah terjadi: Seorang mantan presiden AS berada di balik jeruji besi.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

4 jam lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

1 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

4 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

6 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

7 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

7 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

8 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

10 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

13 hari lalu

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

Adik Kim Jong Un memastikan negaranya akan terus membangun kekuatan militer besar-besaran dan terkuat untuk melindungi kedaulatan dan perdamaian

Baca Selengkapnya