7 Teknik Penyiksaan Interogator CIA di Penjara Teluk Guantanamo

Kamis, 5 Desember 2019 20:00 WIB

Fasilitas kamar, yang hanya bisa ditempati satu tahanan di penjara Guantanamo. Getty Images/Joe Raedle

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan tahanan penjara Teluk Guantanamo yang dikenal sebagai Abu Zubaydah, menggambar sketsa ilustrasi penyiksaan yang ia alami selama empat tahun yang dilakukan interogator CIA.

Zubaydah, 48 tahun, menggambar sketsa penyiksaan tahun ini di Guantánamo untuk dimasukkan dalam laporan 61 halaman, "How America Tortures," oleh pengacaranya, Mark P. Denbeaux, seorang profesor di Sekolah Hukum Universitas Seton Hall di Newark, dan beberapa mahasiswa Denbeaux.

Laporan ini menggunakan kesaksian langsung, memo pemerintahan internal Bush, ingatan tahanan dan laporan Komite Intelijen Senat 2014 untuk menganalisis program interogasi. Program ini awalnya dibuat untuk Zubaydah, yang secara keliru diyakini sebagai letnan tertinggi Al Qaeda.

Zubaydah adalah seorang Palestina yang bernama asli Zayn al-Abidin Muhammad Husayn.

Dia ditangkap dalam pertempuran senjata di Faisalabad, Pakistan, pada Maret 2002, terluka parah, termasuk luka parah di paha kirinya, dan dikirim ke jaringan penjara luar negeri CIA.

Advertising
Advertising

Dia ditahan di penjara paling rahasia di Guantanamo Bay, Camp 7. Dia menggambar sketsa sebagai bahan hukum yang ditinjau dan untuk dimasukkan dalam penelitian.

Laporan ini pertama kali diterbitkan oleh New York Times, 4 Desember 2019, bekerja sama dengan Pulitzer Center on Crisis Reporting. Berikut sejumlah sketsa metode penyiksaan CIA di Teluk Guantanamo berdasarkan kesaksian Zubaydah.

Papan air

Sketsa penyiksaan waterboarding atau papan air di Teluk Guantanamo.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Dalam gambar ini, tahanan diikat telanjang di atas papan, dan ditutup kain atau handuk di seluruh wajah. Kemudian interogator menyiram air sampai tahanan tidak bisa bernafas dan merasa seperti tenggelam.

Gambar itu kontras dengan beberapa yang lain yang terlihat dalam budaya populer; sebuah pameran di Spy Museum di Washington, misalnya, menunjukkan seorang penjaga menuangkan air ke wajah seorang tahanan yang berpakaian rapi seperti pakaian olahraga penjara. Teknik penyiksaan ini disebut waterboarding.

Potret diri Zubaydah juga menunjukkan detail desain yang tidak ada di sebagian besar penggambaran, seperti engsel tarik ke bawah untuk memiringkan kepala tahanan. Tali kekang untuk menahan paha yang terluka.

Studi Komite Intelijen Senat dari Program Interogasi CIA menyimpulkan bahwa waterboarding dan teknik lainnya adalah brutal dan jauh lebih buruk daripada yang dipaparkan CIA.
"Penggunaannya menyebabkan kejang-kejang, muntah dan membuat Zubaydah benar-benar tidak responsif, dengan gelembung udara naik melalui mulutnya yang terbuka dan penuh air," katanya.

Dalam kesaksian Zubaydah kepada pengacaranya pada tahun 2008, Zubaydah menggambarkan yang pertama dari 83 sesi papan air dengan cara ini, "Mereka terus menuangkan air dan berkonsentrasi pada hidung dan mulut saya sampai saya benar-benar merasa saya tenggelam dan dada saya nyaris akan meledak karena kekurangan oksigen."

Posisi stres

Metode penyiksaan CIA yang disebut Posisi Stres.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Kesaksian oleh tahanan di berbagai situs hitam CIA di Thailand berbeda tentang bagaimana metode ini digunakan. Dalam ilustrasinya, Zubaydah menunjukkan dirinya telanjang dan dibelenggu di pergelangan tangan ke sebuah jeruji besi di atas kepalanya, dan dipaksa untuk berjinjit.

Dalam kesaksian, seperti yang dilaporkan oleh pengacaranya, ia masih belum pulih dari luka besar di pahanya, dan dia mencoba untuk menyeimbangkan beratnya di kaki lainnya.

"Berjam-jam berlalu ketika saya berdiri di posisi itu," katanya kepada pengacaranya. "Tangan saya diikat kencang ke jeruji paling atas."

Beberapa penjaga, katanya, memperhatikan warna tangannya dan memindahkannya ke kursi. Interogasi dilanjutkan dalam keadaan vertigo, dingin, lapar, sedikit tidur dan muntah hebat.

Belenggu pendek

Teknik penyiksaan belenggu pendek oleh CIA.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Zubaydah, yang tidak memiliki pelatihan seni formal, menggambar diri dengan tutup kepala, dan dibelenggu dalam posisi mengkerut seperti janin dalam rahim dan ditambatkan dengan rantai ke sel sel untuk membatasi gerakannya. Dalam memberikan CIA persetujuan untuk menggunakan teknik yang mirip dengan ini, Jay S. Bybee, mantan asisten jaksa agung, mencatat dalam memo 18 halaman tertanggal 1 Agustus 2002, bahwa "dengan mengamati Zubaydah di penahanan, Anda mencatat bahwa ia tampak seperti cukup fleksibel meskipun ada luka."

Dia juga mencatat dalam otorisasi, yang ditujukan kepada penasihat hukum sementara CIA, John A. Rizzo, bahwa CIA menyatakan bahwa posisi-posisi ini tidak dirancang untuk menghasilkan rasa sakit yang terkait dengan meliukkan tubuh.

Walling

Teknik penyiksaan CIA bernama Walling, atau membenturkan kepala tahanan ke dinding.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Gambar ini muncul dengan sensor hitam di wajah interogator Zubaydah.

Sketsa ini menunjukkan interogator dengan erat melilitkan handuk di leher Zubaydah saat dia membenturkan bagian belakang kepala Zubaydah ke dinding kayu yang menutupi dinding semen.

"Dia terus membenturkan saya ke dinding," katanya, yang dia ingat sempat membuatnya buta sementara.

Setiap benturan, katanya, dia akan jatuh ke lantai, diseret oleh handuk yang dibungkus plastik yang menyebabkan pendarahan di leher, dan kemudian ditampar di bagian wajah.

Dalam deposisi 2017 sebagai bagian dari gugatan yang akhirnya diselesaikan, James E. Mitchell, mantan psikolog kontrak CIA yang merancang teknik dengan seorang kolega, John Bruce Jessen, mengatakan Walling dimaksudkan untuk mengincar telinga bagian dalam. "Jika menyakitkan, berarti Anda salah melakukannya," katanya.

<!--more-->

Kotak kurungan besar

Teknik penyiksaan CIA bernama Kota Kurungan Besar.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Dalam gambar ini, Zubaydah dicukur, telanjang, dibelenggu sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa berdiri dan, menurut catatannya, duduk di atas ember yang dimaksudkan sebagai toilet.

"Saya berada dalam kegelapan total," katanya. "Satu-satunya tempat saya bisa duduk adalah di atas ember, karena tempat itu sangat kecil."

Zubaydah menjelaskan bahwa dia dikurung dalam kotak kayu besar yang terlihat seperti peti mati kayu. Pertama kali dia melihatnya, penjaga memutarnya vertikal dan seorang pria berpakaian hitam dan jaket militer mengumumkan, "Mulai dari sekarang, ini akan menjadi rumahmu."

Kotak kurungan kecil

Teknik penyiksaan CIA, Kotak Kurungan Kecil.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Kotak kecil mirip dengan yang dipajang di Spy Museum di mana, selama kunjungan, anak-anak dapat terlihat merangkak di dalam.

Dalam kesaksiannya, termasuk dalam laporan Seton Hall, Zubaydah menggambarkan kurungan yang disebutnya "kotak anjing" sebagai tempat yang sangat menyakitkan. "Begitu mereka mengunci saya di dalam kotak, saya mencoba lebih baik duduk, tetapi sia-sia, karena kotak itu terlalu pendek. Saya mencoba untuk mengambil posisi melengkung tetapi sia-sia, karena itu terlalu kecil".

Zubaydah bergerak dan terbelenggu dalam posisi meringkuk seperti janin selama berjam-jam sampai mengalami kontraksi otot.

"Rasa sakit yang sangat kuat," katanya, "membuat saya menjerit tanpa sadar."

Pencegahan tidur

Teknik Slee Deprivation atau mencegah tahanan tidur.[Abu Zubaydah/Mark P. Denbeaux/New York Times]

Zubaydah ingat bahwa agen-agen CIA menggunakan metode pencegahan tidur secara horizontal, dengan cara memborgolnya dengan posisi yang menyakitkan sehingga tidak memungkinkan untuk tidur.

CIA membenarkan metode pencegahan tidur dengan mengatakan bahwa itu bertujuan memfokuskan perhatian tahanan pada situasinya saat ini daripada tujuan ideologis.

Dalam menyetujui ini dan teknik lainnya pada Agustus 2002, Bybee mengatakan CIA telah mengatakan metode itu tidak akan menghalangi Zubaydah tidur selama lebih dari 11 hari pada suatu waktu.

Dalam studi di Seton Hall, Zubaydah menceritakan bahwa ia dilarang tidur selama dua atau tiga minggu atau bahkan lebih.

"Rasanya seperti selamanya," tambahnya, "sampai-sampai saya menemukan diri saya tertidur meskipun air dilemparkan ke arah saya oleh penjaga," tutur eks tahanan Teluk Guantanamo tersebut.

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

15 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

19 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Cerita Pembuat Konten Tega Siksa Anak Monyet Ekor Panjang, Dapat Cuan dari WNA

12 hari lalu

Cerita Pembuat Konten Tega Siksa Anak Monyet Ekor Panjang, Dapat Cuan dari WNA

Polisi telah mengungkap tiga pelaku yang memproduksi video penyiksaan anak monyet ekor panjang. Mereka mendapat pesanan dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

19 hari lalu

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

TNI sebut pembunuhan oleh OPM terhadap Danramil Aradide sebagai pelanggaran HAM berat. Bagaimana kategori jenis pelanggaran HAM berat sesuai UU HAM?

Baca Selengkapnya

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

27 hari lalu

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

Negosiasi gencatan senjata di Gaza, setelah sekitar setengah tahun pertempuran antara tentara Israel dan Hamas, akan berlangsung hari ini di Kairo

Baca Selengkapnya

Cerita Jurnalis di Halmahera yang Dianiaya Tiga Prajurit TNI AL: Jangan Bunuh, Anak Saya Masih Kecil

29 hari lalu

Cerita Jurnalis di Halmahera yang Dianiaya Tiga Prajurit TNI AL: Jangan Bunuh, Anak Saya Masih Kecil

Sukandi, jurnalis di Halmahera Selatan, disiksa usai memberitakan penangkapan kapal pengangkut minyak Dexlite milik Polairud Maluku Utara oleh TNI AL.

Baca Selengkapnya

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

33 hari lalu

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

Laporan Insider menyebutkan anggota unit intelijen militer Rusia (GRU) kemungkinan terlibat dalam penyebaran Sindrom Havana.

Baca Selengkapnya

TNI Pastikan Jatuhkan Sanksi terhadap 13 Prajurit yang Siksa Warga Papua

36 hari lalu

TNI Pastikan Jatuhkan Sanksi terhadap 13 Prajurit yang Siksa Warga Papua

Sebanyak 13 prajurit TNI tersangka penganiayaan warga di Papua akan mendapat hukuman yang berbeda, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Baca Selengkapnya

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

36 hari lalu

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

39 hari lalu

Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

Komnas HAM Papua menyebut korban kekerasan yang diduga dilakukan anggota TNI dari Yonif Raider 300/Brajawijaya telah meninggal dunia di Ilaga,

Baca Selengkapnya