Sosok Miliarder Hong Kong Li Kashing yang Tak Punya Gelar Sarjana

Kamis, 28 November 2019 17:25 WIB

Li Ka-shing, salah satu orang terkaya di Hong Kong. Sumber: REUTERS/Bobby Yip/businessinsider.sg

TEMPO.CO, Jakarta - Komentar miliarder Li Ka-shing, 91 tahun, pada 15 Agustus 2019 soal unjuk rasa Hong Kong telah membuat sosoknya disorot. Pada November 2019, dia kembali bernyanyi soal tekanan dari Beijing padanya.

Li adalah miliarder paling berpengaruh di Hong Kong. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, yang dipublikasi pada 28 November 2019, Li menyebut Beijing berharap dia bisa membantu pemerintah pusat menjaga stabilitas Hong Kong. Sebagai salah satu orang terkaya di Hong Kong, Presiden Xi Jinping juga ingin Li semakin banyak melakukan kegiatan amal.

“Saya sudah mendirikan sebuah Yayasan amal pada 1980 dan memberikan bantuan untuk mendukung pendidikan, penelitian medis dan layanan kesehatan. Saya sudah mendermakan sepertiga dari kekayaan pribadi saya. Sekarang ini sekitar 80 persen proyek-proyek dari yayasan nirlaba saya dialokasikan ke area Cina. Total kontribusi yang sudah dikucurkan HKD 26 miliar (Rp 46 triliun),” kata Li.

Kucuran dana bantuan itu diungkit-ungkit lagi oleh Li di tengah tuduhan miring yang diarahkan padanya. Li dituduh oleh Komisi bidang hukum dari Partai Komunis Cina, sebagai orang yang menyembunyikan kriminalitas. Sedangkan Ketua serikat dagang pro-Beijing di Hong Kong dalam sebuah unggahan di Facebook menyebutnya raja kecoa.

Dikutip dari businessinsider.sg, rantai bisnis Li mulai dari klub malam (pub), minuman keras, pabrik plastik sampai properti. Dia dinomor urut ke-28 sebagai orang terkaya di Asia dengan nilai kekayaan US$ 27 miliar atau sekitar Rp 380 triliun.

Advertising
Advertising

Dibalik kekayaannya yang melimpah, Li memiliki kisah hidup yang amat menginspirasi. Dia keluar dari sekolah atau drop out dan menjadi tulang punggung keuangan keluarganya ketika masih belia.

Selama hampir empat tahun ketika Hong Kong diduduki Jepang, Li mengirimkan 90 persen upahnya untuk ibunya. Li bekerja dari usia yang sangat muda, dia bahkan bekerja 16 jam per hari dan 7 hari dalam seminggu ketika itu. Ritme kerja keras seperti ini masih dilakukannya hingga usianya 89 tahun.

Li menjadi salesman terbaik di sebuah pabrik dan dipromosikan menjadi manajer pabrik pada usia 18 tahun.

Li memperlihatkan pemikiran yang menjanjikan sebagai seorang pemimpin dan visioner ketika dia membuka pabriknya sendiri untuk pertama kali pada 1950 atau ketika usianya baru 22 tahun. Saat itu, dia membuka pabrik Cheung Kong yang memproduksi rupa-rupa plastik, namun akhirnya terkenal sebagai pabrik pembuat kembang plastik. Dia memprediksi plastik akan menjadi benda paling naik daun dan proyeksinya itu tepat.

Li membuka pabrik itu dengan modal US$ 50 ribu atau sekitar Rp 700 juta. Keinginannya yang kuat untuk belajar, telah membuat pabriknya sukses besar.

Li yang drop out dari sekolah dan tidak punya gelar sarjana, merupakan orang yang gemar membaca. Saat membuka pabrik plastik Cheung Kong, Li belajar akunting dari buku.

Segala kerja kerasnya itu berbuah manis ketika dia menjadi orang keturunan Cina pertama yang membeli perusahaan-perusahaan yang di bangun Inggris di Hong Kong. Inggris adalah negara yang menjajah Hong Kong sebelum akhirnya wilayah itu diserahkan ke Cina.

Li memiliki trauma pribadi ketika istrinya Chong Yuet-ming, meninggal pada usia 55 tahun karena penyakit aneurysm atau pelebaran pembuluh nadi yang abnormal. Ketika itu makamnya dijarah oleh perampok.

Putra sulung Li, Victor, pada 1996 juga pernah menjadi korban penculikan. Dia harus mengeluarkan uang tebusan US $127.5 juta atau sekitar Rp 1,7 miliar. Pelaku penculikan pada akhirnya ditangkap.

Beberapa perusahaan yang dimiliki Li sekarang mulai diwariskan pada Victor, sedangkan anak keduanya Richard diberikan uang tunai untuk membangun usaha sendiri. Kendati usianya sudah 91 tahun, miliarder itu belum mau menyatakan diri pensiun.

Berita terkait

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

19 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

7 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

7 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

8 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

9 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

9 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

10 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

15 hari lalu

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

15 hari lalu

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.

Baca Selengkapnya

Perempuan Tajir Vietnam Truong My Lan Divonis Hukuman Mati, Apa Kesalahannya? Ini Profilnya

18 hari lalu

Perempuan Tajir Vietnam Truong My Lan Divonis Hukuman Mati, Apa Kesalahannya? Ini Profilnya

Truong My Lan, taipan real estate dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Vietnam. Apa yang diperbuatnya? Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya