Asosiasi Pengusaha Lebanon Desak Mogok Nasional 3 Hari

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 26 November 2019 19:01 WIB

Sejumlah bank di Lebanon sudah beroperasi kembali dan terlihat antrian nasabah yang mengular. Sumber: REUTERS/Mohamed Azakir

TEMPO.CO, Beirut – Kelompok bisnis besar di Lebanon menyerukan mogok massal pada Senin selama tiga hari untuk menekan politikus agar bersatu membentuk pemerintahan.

Seruan boikot ini dilakukan untuk mengakhiri krisis politik di Lebanon, yang telah membuat perekonomian berhenti.

Saat ini, Lebanon menghadapi unjuk rasa yang telah berlangsung selama lima pekan. Demonstrasi ini dipicu protes publik akan praktek korupsi yang diduga dilakukan politisi lintas partai selama puluhan tahun.

Demonstran menginginkan semua elit politik yang berkuasa diturunkan dari kekuasaan.

“Kekuatan politik yang ada belum bertanggung jawab atas masalah yang terjadi dan tidak menunjukkan keseriusan untuk mencari solusi mengatasi krisis ini,” begitu pernyataan dari Lebanese Economic Bodies, yang merupakan asosiasi bagi industrialis dan bankir, seperti dilansir Reuters pada Selasa, 25 November 2019.

Advertising
Advertising

Asosiasi ini mendesak semua institusi swasta untuk melakukan mogok massal dari Kamis hingga Sabtu pekan ini untuk mendorong terjadinya kesepakatan partai – partai besar dan menghindarkan terjadinya kemunduran ekonomi lebih jauh.

Sejumlah bank sebenarnya mulai beroperasi pada pekan lalu setelah tutup sejak terjadinya unjuk rasa besar pada 17 Oktober 2019.

Saat ini, sejumlah bank di Lebanon mengenakan pembatasan ketat penarikan dana untuk menghindari terjadinya pelarian dana ke luar negeri di tengah seretnya likuiditas.

Keringnya likuiditas ini mendorong terjadinya pasar gelap valuta asing terutama dolar, yang mengalami kenaikan dari sekitar 1.500 pound menjadi 2.000 pound.

Lembaga Economic Bodies ini mengatakan eskalasi tekanan ekonomi berupa mogok massal akan terus berlanjut hingga terbentuknya pemerintahan baru.

Saad Hariri, yang merupakan bekas Perdana Menteri Lebanon, mengundurkan diri pada 29 Oktober 2019.

Pengunduran diri ini menimbulkan krisis ekonomi dan memperdalam perpecahan diantara para politisi yang setuju pembentukan pemerintahan baru.

Secara terpisah, media Aljazeera, melansir massa pendukung kelompok Hizbullah menyerang demonstran yang mendesak perombakan pemerintah besar-besaran.

“Partai politik berupaya menimbulkan rasa takut terhadap kami agar kami tidak maju dan tinggal di rumah,” kata Dany Ayyash, 21 tahun, yang memblokir jalan raya utama di distrik Hamra, Beirut. Menurut dia, demonstran semakin bertekad untuk melanjutkan aksinya.

Pada Ahad malam, massa pendukung Hizbullah dan kelompok Amal menyerang demonstran yang berada di sekitar jalan layang di dekat kamp utama demonstran di Beirut. Massa menyerang demonstran dengan melempari batu sedangkan polisi Lebanon mencoba meredam agar tidak terjadi tindak kekerasan.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

4 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

5 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

5 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

6 hari lalu

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

Mahasiswa di sejumlah kampus bergengsi di Amerika Serikat menggelar protes untuk menyatakan dukungan membela Palestina.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

7 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

8 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

9 hari lalu

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

Konflik antara Israel - Lebanon kian rumit. Selasa pagi, Hizbullah menembakkan 35 roket ke markas militer Israel.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

10 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

10 hari lalu

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

Emmanuel Macron rapat dengan Perdana Menteri Lebanon untuk mendiskusikan kelompok Hizbullah.

Baca Selengkapnya