Aung San Suu Kyi Bawa Tim Hukum ke Pengadilan Internasional

Kamis, 21 November 2019 12:00 WIB

Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi menghadiri pertemuan partai Liga Nasional untuk Demokrasi di Yangon 13 Desember 2014. [REUTERS / Soe Zeya Tun]

TEMPO.CO, Jakarta - Myanmar akan mengirimkan sebuah tim hukum yang dipimpin langsung oleh Aung San Suu Kyi ke Pengadilan Internasional di Belanda untuk menghadapi tuduhan genosida atau pembantaian. Kepastian keberangkatan tim hukum ini diumumkan pemerintah Myanmar pada Rabu, 20 November 2019, di Facebook.

Dikutip dari nytimes.com, militer Myanmar telah dituduh melakukan pembunuhan massal, perkosaan dan membakar rumah-rumah masyarakat etnis Rohingya di wilayah barat Myanmar pada Agustus 2017. Penyerangan itu dilakukan setelah pos keamanan Myanmar diserang oleh pemberontak. Genosida tersebut telah mendorong lebih dari 700 ribu penduduk etnis Rohingya melarikan diri ke wilayah perbatasan Bangladesh.

Pengungsi Rohingya, yang melintasi perbatasan dari Myanmar dua hari sebelumnya, berjalan setelah mereka mendapat izin dari tentara Bangladesh untuk melanjutkan ke kamp-kamp pengungsi, di Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh 19 Oktober 2017. Bulan ini menandai peringatan kedua tentang pelarian lebih dari 730.000 Rohingya dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar barat laut ke Bangladesh setelah tindakan keras pimpinan militer dalam menanggapi serangan oleh gerilyawan Muslim di pos-pos polisi Myanmar. REUTERS / Jorge Silva / File Photo

Gugatan hukum di Pengadilan Internasional di Den Hague, Belanda, dimasukkan oleh Gambia atas nama Organisasi Kerja Sama Islam. Kementerian Kehakiman dan Jaksa Agung Gambia, Abubacarr Marie Tambadou, mengatakan pihaknya ingin mengirimkan sebuah pesan jelas kepada Myanmar dan komunitas internasional lainnya bahwa dunia tidak boleh hanya diam saat melihat kejahatan di depan mata.

“Ini amat memalukan bagi generasi kita bahwa kita tidak melakukan tindakan apapun saat ada genosida terjadi di depan mata kita,” kata Tambadou.

Advertising
Advertising

Sebelumnya pada September 2019 lalu, Kepala pencari fakta PBB atas kasus ini memperingatkan ada sebuah risiko kalau genosida sudah terjadi. Dalam laporannya disebut Myanmar harus bertanggung jawab di forum hukum internasional atas tuduhan genosida terhadap etnis minoritas Rohingya.

Myanmar menyangkal telah melakukan sejumlah pelanggaran HAM. Dalam keterangannya Rabu kemarin, Myanmar menyebut keberangkatan tim hukum ke Belanda itu untuk membela kepentingan nasional Myanmar. Tidak disebutkan soal genosida seperti yang digugat Gambia, Myanmar hanya menyebut ini terkait orang-orang yang mengungsi dari negara bagian Rakhine.

Pemerintah Myanmar juga menjelaskan telah merekrut beberapa pengacara internasional untuk menghadapi kasus hukum ini. Aung San Su Kyi, Pemimpin de facto Myanmar dan mantan peraih Nobel bidang perdamaian, akan memimpin tim hukum yang dibawanya dalam kapasitas sebagai menteri luar negeri Myanmar. Tidak dijelaskan tanggal keberangkatan tim hukum Myanmar itu, namun pengadilan internasional di Belanda mengatakan pada Senin, 18 November 2019, sidang sesi dengar akan dilakukan pada 10 -12 Desember 2019.

Berita terkait

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

18 jam lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

23 jam lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

3 hari lalu

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan akan mundur setelah pengadilan meluncurkan penyelidikan korupsi terhadap istrinya.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

5 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

KPK Limpahkan Berkas Perkara Hakim Agung Gazalba Saleh ke Pengadilan

7 hari lalu

KPK Limpahkan Berkas Perkara Hakim Agung Gazalba Saleh ke Pengadilan

KPK melimpahkan berkas perkara Hakim Agung Gazalba Saleh yang terlibat dugaan gratifikasi dan TPPU ke Pengadilan Tipikor.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

7 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

7 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

10 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

10 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya