Dokumen Internal Ungkap Arahan Pejabat untuk Anak-anak Uighur
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Minggu, 17 November 2019 15:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah dokumen internal yang bocor mengungkapkan arahan sistematis pemerintah Cina untuk menghadapi pertanyaan siswa Uighur di Xinjiang, terkait penahanan kerabat mereka.
Arahan itu adalah bagian dari 403 halaman dokumen internal paling signifikan dari dalam Partai Komunis Cina yang berkuasa dalam beberapa dekade.
Dokumen mengungkap penindasan yang terus-menerus di Xinjiang, di mana pihak berwenang telah menyeret sebanyak satu juta etnis Uighur, Kazakh, dan lainnya ke dalam kamp-kamp tahanan dan penjara selama tiga tahun terakhir.
Pemerintah menolak kritik internasional terhadap kamp-kamp tersebut dan menggambarkannya sebagai pusat pelatihan kerja yang menggunakan metode ringan untuk memerangi ekstremisme Islam. Tetapi dokumen-dokumen mengkonfirmasi tindakan keras terhadap warga Xinjiang.
Menurut dokumen yang diperoleh The New York Times yang berjudul The Xinjiang Papers, 16 November 2019, para pemimpin partai senior tercatat memerintahkan tindakan drastis dan mendesak terhadap kekerasan ekstremis, termasuk penahanan massal, dan mendiskusikan konsekuensinya dengan detasemen khusus.
Anak-anak melihat orang tua mereka dibawa pergi, para siswa bertanya-tanya siapa yang akan membayar uang sekolah mereka dan hasil panen tidak dapat ditanam atau dipanen karena kurangnya tenaga kerja, catat laporan itu. Namun para pejabat diarahkan untuk memberi tahu orang-orang yang mengeluh bersyukur atas bantuan Partai Komunis dan tetap diam.
Laporan yang bocor terdiri dari 24 dokumen, beberapa di antaranya berisi materi yang digandakan. Laporan termasuk hampir 200 halaman pidato internal oleh Xi dan para pemimpin lainnya, dan lebih dari 150 halaman arahan dan laporan tentang pengawasan dan kontrol populasi Uighur di Xinjiang. Ada juga referensi rencana untuk memperluas pembatasan Islam ke bagian lain Cina.
Meskipun tidak jelas bagaimana dokumen dikumpulkan dan dipilih, kebocoran tersebut menunjukkan ketidakpuasan yang lebih besar di dalam aparat partai atas tindakan keras dari yang diketahui sebelumnya. Laporan itu dibocorkan oleh seorang anggota partai politik Cina yang meminta anonimitas dan menyatakan harapan bahwa pengungkapan mereka akan mencegah para pemimpin partai, termasuk Xi, lolos dari kesalahan karena penahanan massal.
Beijing telah berusaha selama beberapa dekade untuk menekan perlawanan Uighur terhadap pemerintahan Cina di Xinjiang. Tindakan keras saat ini dimulai setelah gelombang kekerasan antipemerintah dan anti-Cina, termasuk kerusuhan etnis pada tahun 2009 di Urumqi, ibu kota regional, dan serangan Mei 2014 yang menewaskan 39 orang hanya beberapa hari sebelum Xi mengadakan konferensi kepemimpinan di Beijing untuk menetapkan arah kebijakan baru untuk Xinjiang.
Sejak 2017, pihak berwenang di Xinjiang telah menahan ratusan ribu warga Uighur, Kazakh, dan Muslim lainnya di kamp-kamp interniran. Para tahanan menjalani berbulan-bulan atau bertahun-tahun indoktrinasi dan interogasi yang bertujuan mengubah mereka menjadi pendukung partai yang sekuler dan loyal.
Dari 24 dokumen, arahan tentang bagaimana menangani siswa minoritas yang pulang ke Xinjiang pada musim panas 2017 menawarkan diskusi terinci tentang kamp-kamp indoktrinasi tentang cara yang diatur oleh partai untuk menyampaikan satu cerita kepada publik.
Dokumen memandu para pejabat untuk memberi tahu para siswa bahwa kerabat mereka menerima perawatan karena terpapar pada Islam radikal.
<!--more-->
Para pejabat di Turpan, sebuah kota di Xinjiang timur, merancang naskah tanya jawab setelah pemerintah daerah memperingatkan para pejabat setempat untuk mempersiapkan para siswa yang kembali. Badan koordinasi untuk menjaga stabilitas di Xinjiang kemudian mendistribusikan panduan di seluruh wilayah dan mendesak para pejabat untuk menggunakannya sebagai model.
Pemerintah mengirim para pemuda Uighur Xinjiang yang paling cerdas ke universitas universitas di seluruh Cina, dengan tujuan melatih generasi baru pegawai negeri sipil dan guru-guru Uighur yang loyal kepada partai.
Tindakan keras telah begitu luas sehingga mempengaruhi bahkan siswa elit ini.
"Siswa yang kembali dari bagian lain Cina memiliki ikatan sosial yang luas di seluruh negeri," catat arahan itu. "Saat mereka mengeluarkan pendapat yang salah tentang WeChat, Weibo dan wadah media sosial lainnya, dampaknya tersebar luas dan sulit untuk diberantas."
Namun, pihak berwenang mengantisipasi bahwa ini tidak mungkin untuk meredakan pelajar dan memberikan jawaban atas serangkaian pertanyaan lain: Kapan keluarga saya akan dibebaskan? Jika ini untuk pelatihan, mengapa mereka tidak bisa pulang? Bisakah mereka meminta cuti? Bagaimana saya bisa membayar sekolah jika orang tua saya belajar dan tidak ada yang bekerja di pertanian?
Panduan ini merekomendasikan jawaban bahwa kerabat mereka telah terinfeksi oleh virus radikalisme Islam dan harus dikarantina dan disembuhkan. Bahkan kakek-nenek dan anggota keluarga yang tampaknya terlalu tua untuk melakukan kekerasan tidak dapat terhindar, kata para pejabat yang mendapat arahan.
"Jika mereka tidak menjalani studi dan pelatihan, mereka tidak akan pernah benar-benar dan sepenuhnya memahami bahaya ekstremisme agama," kata satu jawaban, mengutip perang saudara di Suriah dan kebangkitan Negara Islam. "Tidak peduli berapa usia, siapa pun yang telah terinfeksi oleh ekstremisme agama harus menjalani studi."
Siswa harus bersyukur bahwa pihak berwenang telah membawa kerabat mereka, kata dokumen itu.
"Hargai kesempatan ini untuk mendapatkan pendidikan gratis yang telah disediakan partai dan pemerintah untuk memberantas pemikiran keliru, dan juga belajar keterampilan berbahasa Cina dan pekerjaan," kata salah satu jawaban. "Ini menawarkan dasar yang bagus untuk kehidupan yang bahagia untuk keluarga Anda."
Pihak berwenang tampaknya menggunakan sistem penilaian untuk menentukan siapa yang dapat dibebaskan dari kamp. Dokumen tersebut menginstruksikan para pejabat Xinjiang untuk memberi tahu para siswa Uighur bahwa perilaku mereka dapat merusak nilai kerabat mereka, dan untuk menilai perilaku sehari-hari para siswa dan mencatat kehadiran mereka pada sesi pelatihan, rapat dan kegiatan lainnya.