TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengungsi etnis Uighur, Cina, membagi kisah hidup mereka selama berada dalam pusat-pusat penahanan di kota Xinjiang, Cina, dimana PBB mengatakan ada lebih dari satu juta etnis Uighur ditahan disana.
Cina menggambarkan, kamp-kamp tersebut sebagai pusat pelatihan yang merupakan bagian pencegah tindakan ekstrimisme. Namun cerita yang diungkap para mantan tahanan memaparkan hal berbeda. Mereka menyebut kamp-kamp itu hanya digunakan untuk mengekang populasi Muslim di negara itu.
Ruqiye Perhat, mahasiswa yang pernah menghabiskan empat tahun di penjara usai kerusuhan Urumqi yang memicu penangkapan di Xinjiang 2009 menceritakan, setiap perempuan atau laki-laki di bawah usia 35 tahun biasanya diperkosa dan dilecehkan secara seksual di dalam kamp.
Perhat yang sekarang berusia 30 tahun dalam wawancara dengan Washington Post mengatakan, dia berulang kali diperkosa oleh penjaga Han Cina hingga membuatnya dua kali hamil. Tindakan diaborsi dilakukan saat dia berada di penjara.
Para pengungsi membagi kisah hidup mereka selama berada dalam pusat-pusat penahanan Xinjiang, dimana PBB mengatakan terdapat lebih dari satu juta etnis Uighur ditahan disana. Sumber: The Washington Post/metro.co.uk
Mantan tahanan lain pun menggambarkan bagaimana perempuan-perempuan muda akan diambil oleh penjaga pada malam hari dari sel mereka yang penuh sesak.
Gulzira Mogdyn, 38 tahun, dipenjara dalam kondisi hamil 10 minggu. Kondisi ini terungkap usai percakapan WhatsApp di teleponnya pada Desember 2017, terbuka. Para pejabat mengatakan bahwa ia tidak diizinkan memiliki anak yang kemudian berlanjut dengan tindakan aborsi tanpa anestesi keesokan harinya.
Laporan lain juga menyebutkan bahwa perempuan dipaksa untuk mengoleskan bubuk cabai ke alat kelamin mereka sebelum mandi atau ditanamkan alat kontrasepsi di luar kehendak mereka.
“Pelecehan seksual terhadap perempuan termasuk menghentikan mereka dari reproduksi, sudah menjadi senjata bagi Cina terkait populasi muslim di negaranya,” kata Aiman Umarova, penggiat HAM.
Cina juga dituduh telah menjauhkan ribuan anak-anak etnis Uighur dari orang tua mereka. Mereka berusaha mendoktrin anak-anak di kamp-kamp yang berkedok sekolah atau pantai asuhan.
Rekaman drone pada awal bulan ini cukup mengejutkan dengan menunjukkan adanya aktivitas sekelompok besar tahanan yang dibawa ke kamp-kamp penjara Cina dengan mata tertutup, tangan terikat dan kepala yang digunduli.
Para tahanan yang dianggap etnik minoritas Uighur masing-masing mengenakan rompi dengan tulisan “Pusat Penahanan Kashgar” di punggung mereka. Cina gambar dalam video tersebut dengan menyatakan bahwa para petugas melakukan tugas-tugas normal.
Di Cina, populasi umat Islam disana sekitar dua persen dari 1,4 miliar jiwa dari total populasi penduduk Cina.
KANIA SUKU - metro.co.uk