Warga Lebanon Desak Ganti Presiden, Tidak Percaya Pemerintah

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Jumat, 25 Oktober 2019 12:01 WIB

Demonstran membawa bendera nasional ketika mereka berdiri di jembatan saat protes anti-pemerintah di Jal el-Dib, Lebanon pada hari Senin, 21 Oktober 2019.[Mohamed Azakir / Reuters]

TEMPO.CO, Beirut – Sejumlah warga Lebanon menolak ajakan dialog yang disampaikan Presiden Lebanon, Michel Aoun.

Mereka menuntut pemerintah untuk mundur karena dinilai gagal mengatasi krisis ekonomi yang sedang berlangsung.

“Tidak ada negosiasi atas nama gerakan di jalanan. Mereka harus memenuhi tuntutan publik dan tuntutan utamanya adalah pemerintah mundur,” kata Basil Saleh, 39 tahun, seperti dilansir Reuters pada Kamis, 24 Oktober 2019.

Saleh melanjutkan,”Bolanya sedang bergulir dan tidak menguntungkan pemerintah.”

Seorang demonstran lain di Kota Jal el Dib, mengibarkan bendera Lebanon sambil mengenakan jaket hujan dan membawa payung. Sebagian lainnya memblokir jalan raya.

Advertising
Advertising

“Kami ingin beritahu Michel Aoun, kami pikir kami ini anakmu. Kami menunggu delapan hari dan hari ini kami menyadari harapan kami sia-sia,” kata Salaam Zataari, yang berteriak menggunakan pengeras suara di hadapan ratusan pengunjuk rasa.

Mereka menanggapi ajakan Aoun lewat siaran televisi untuk berdialog dengan perwakilan massa pengunjuk rasa.

Aoun mengakui korupsi menjadi masalah besar di Lebanon. Dia menyebut korupsi telah merusak sendi-sendi negara.

Dia lalu menjanjikan reformasi ekonomi dengan mencabut kerahasiaan bank, dan menghapus imunitas Presiden, menteri, dan anggota parlemen.

“Legislasi soal ini bakal membuka jalan bagi investigasi korupsi,” begitu dilansir Reuters.

Pemerintah Amerika Serikat, dan Inggris, serta Prancis telah mendesak pemerintah Lebanon untuk bertindak cepat melakukan Reformasi untuk memberantas suap dan kebocoran anggaran. Mereka mendukung aspirasi warga pemrotes.

Pemerintah Lebanon berharap reformasi ini bakal meyakinkan negara-negara donor Barat untuk mencairkan dana sekitar US$11 miliar atau sekitar 160 triliun, yang telah dijanjikan sejak tahun lalu. Namun, negara Barat masih menahan dana ini karena reformasi yang tidak dikerjakan.

Ekonomi Lebanon, yang mengandalkan konstruksi dan pariwisata, mengalami masalah bertahun-tahun karena goncangan stabilitas regional dengan negara tetangga Suriah yang mengalami perang.

Lebanon mengalami perlambatan dana masuk atau capital inflow serta meningkatkan utang publik hingga 150 persen dari PDB, yang merupakan salah satu yang tertinggi.

Seorang warga Lebanon mengaku skeptis pemerintah saat ini bisa mengatasi masalah ekonomi.

“Pidato itu tidak meyakinkan kami sama sekali. Kami sudah sering dengar sebelumnya. Itu sebabnya kami tinggal di sini hingga pemerintahan jatuh,” kata Clara, seorang mahasiswa, yang berunjuk rasa mendesak pemerintah mundur.

Unjuk rasa di Lebanon ini telah membuat empat menteri mengundurkan diri. Empat menteri Lebanon dari Partai Pasukan Lebanon, sekutu lama Perdana Menteri Saad Hariri, mengundurkan diri dari kabinetnya pada Sabtu setelah demonstrasi besar pecah.

Sementara Partai Kristen Lebanon telah mengumumkan akan keluar dari pemerintah setelah protes hari ketiga di seluruh negeri terhadap kenaikan pajak dan dugaan korupsi pejabat.

"Kami yakin bahwa pemerintah tidak dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan situasi", kata Ketua Umum Partai Pasukan Lebanon Samir Gaegea, seperti dikutip dari Aljazeera, 20 Oktober 2019.

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

3 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

8 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

9 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

10 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

10 hari lalu

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

Mahasiswa di sejumlah kampus bergengsi di Amerika Serikat menggelar protes untuk menyatakan dukungan membela Palestina.

Baca Selengkapnya

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

13 hari lalu

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

Konflik antara Israel - Lebanon kian rumit. Selasa pagi, Hizbullah menembakkan 35 roket ke markas militer Israel.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

14 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

14 hari lalu

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

Emmanuel Macron rapat dengan Perdana Menteri Lebanon untuk mendiskusikan kelompok Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

16 hari lalu

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.

Baca Selengkapnya

Eks Danjen Kopassus Soenarko hingga Din Syamsuddin Hadiri Demo di MK Jelang Putusan Sengketa Pilpres

17 hari lalu

Eks Danjen Kopassus Soenarko hingga Din Syamsuddin Hadiri Demo di MK Jelang Putusan Sengketa Pilpres

Din Syamsuddin dan eks Danjen Kopassus, Soenarko, turut hadir di unjuk rasa jelang putusan MK soal sengketa Pilpres 2024

Baca Selengkapnya