Taliban: Pembatalan Trump Berisiko Korbankan Banyak Nyawa Amerika

Senin, 9 September 2019 10:30 WIB

Presiden AS Donald Trump saat KTT G7 di Prancis, 25 Agustus 2019.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Taliban mengatakan akan banyak nyawa orang Amerika yang dikorbankan setelah Donald Trump membatalkan perjanjian damai Afganistan.

Pernyataan Taliban dikeluarkan pada Ahad setelah Trump secara mengejutkan membatalkan pembicaraan rahasia yang rencananya digelar pada Ahad dengan pemimpin senior Taliban di Camp David, Maryland, AS.

Menurut laporan Reuters, 9 September 2019, Trump membatalkan pembicaraan pada Sabtu setelah Taliban mengklaim melakukan serangan di Kabul pekan lalu yang menewaskan seorang tentara Amerika dan 11 orang lainnya.

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengkritik pembatalan Trump dan mengaku pasukan AS telah menyerang Afganistan di waktu bersamaan.

"Ini akan membawa lebih banyak ke kekalahan pada AS," katanya. "Kredibilitas AS akan terdampak, sikap antiperdamaiannya akan terungkap ke dunia, pun kehilangan nyawa dan aset akan bertambah."

Advertising
Advertising

Dalam wawancara televisi, dikutip dari New York Times, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan serangan Taliban di Kabul sebagai penyebab pembatalan pertemuan.

"Taliban mencoba mendapatkan keuntungan negosiasi dengan melakukan teror di dalam negeri yang menyebabkan tewasnya seorang tentara Amerika di Kabul," kata Pompeo.

Tidak diketahui apa rencana Trump selanjutnya setelah proses diplomasi berjalan buntu untuk mengakhiri perang AS di Afganistan yang kini berlangsung hampir 20 tahun.

Polisi Afganistan memeriksa lokasi ledakan di Kabul, Afghanistan, 3 September 2019. Sebuah bom kendaraan Taliban pada Senin malam dekat dengan sebuah kompleks perumahan yang digunakan oleh organisasi internasional di ibu kota Afganistan, Kabul, menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai 119 lainnya. [REUTERS / Omar Sobhani]

Pompeo dan pejabat lainnya membiarkan pintu terbuka untuk dimulainya negosiasi kembali, dan begitu pula Taliban. Tetapi setiap pembicaraan baru mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, dengan masing-masing pihak merasa bahwa kesepakatan yang tampaknya nyaris mencapai titik temu disabotase oleh yang lain, kata para pejabat Afganistan.

Ada konsensus di Kabul dan Washington bahwa pembatalan pertemuan mendadak diduga sebagai upaya yang diatur dengan hati-hati untuk mencegah gelombang kekerasan sebelum pemilihan 28 September. Taliban menentang diadakannya pemilihan, yang Presiden Ashraf Ghani dianggap sebagai calon terdepan.

Meskipun serangkaian pemboman mobil dan serangan, ada perasaan bahwa Taliban telah mundur, berharap kesepakatan akan menunda pemilihan. Sekarang, Taliban memiliki lebih banyak insentif untuk mengganggu pemilu, dan menjelaskan bahwa setelah perang 18 tahun mereka tetap menjadi pemain politik dan militer yang kuat di Afganistan.

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

12 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

16 jam lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

16 jam lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

7 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

10 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

14 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

22 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

25 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

29 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya