Ke Madagaskar, Paus Fransiskus Menyoroti Budaya Klan
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Minggu, 8 September 2019 20:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Madagaskar, Minggu, 8 September 2019, mengutuk budaya klan yang bisa mendapat hak istimewa dan korupsi di negara itu yang membuat sebagian kecil orang hidup dalam kekayaan dan sebagian besar orang merana dalam kemiskinan.
Paus Fransiskus dalam misanya di Madagaskar mengkritik budaya klan yang memberikan dukungan hanya kepada mereka yang punya ikatan darah dan mengesampingkan banyak pihak secara permanen atau setidaknya terpinggirkan tanpa kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
“Ketika keluarga menjadi menjadi kriteria yang menentukan untuk apa yang dianggap baik dan benar, kita kadang berakhir dengan pembiaran dan bahkan menjadi praktik yang mengarah pada budaya mengistimewakan, pengucilan, favoritisme dan sebagai konsekuensinya adalah korupsi,” kata Paus Fransiskus, seperti dikutip dari reuters.com, Minggu, 8 September 2019.
Madagaskar adalah salah satu negara termiskin di dunia dan negara dengan wilayah daratan terbesar keempat di dunia. Badan PBB untuk pangan, WFP, memperkirakan lebih dari 90 persen dari total 26 juta jiwa populasi Madagaskan mendapat penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Anak-anak kurang gizi di Madagaskan semakin memprihatinkan.
Menurut lembaga Transparansi Internasional, korupsi telah merajalela di Madagaskan sehingga menempatkan negara itu dalam urutan terendah Indek Persepsi Korupsi dunia.
“Ketika kita melihat sekeliling, berapa banyak laki-laki dan perempuan, anak muda dan anak-anak yang menderita dan terbuang,” kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus sering menyerukan adanya kesetaraan pendapatan dan pembagian kesejahteraan yang adil antara negara maju dan negara berkembang. Pemimpin umat Khatolik itu pun menegaskan adalah hak negara untuk mengontrol sumber-sumber mineral mereka.