Omar Hassan Al Bashir Akui Terima Jutaan Dolar AS dari Arab Saudi
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Senin, 19 Agustus 2019 20:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan diktator Sudan Omar Hassan Al Bashir mengaku kepada penyelidik telah menerima jutaan dolar AS dari Arab Saudi.
Pengakuan Al Bashir disampaikan saat sidang pada Senin, menurut laporan Reuters, 19 Agustus 2019. Bashir yang digulingkan pada April, menghadapi dakwaan korupsi. Dia menghadapi tuduhan kepemilikan ilegal mata uang asing dan menerima hadiah secara tidak resmi.
Detektif itu mengatakan kepada pengadilan bahwa Bashir telah membuat pernyataan tentang uang itu ketika dia diinterogasi oleh para penyelidik setelah penahanannya.
Bashir, yang berada dalam sel di ruang sidang, mengenakan jubah putih tradisional dan turban sambil mendengarkan kesaksian tetapi tidak berkomentar.
Persidangan Bashir digelar saat Sudan berupaya melakukan transisi politik setelah kejatuhannya. Pada Sabtu, dikutip dari Al Jazeera, para pemimpin demonstran dan militer menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan terakhir, membuka jalan untuk transisi ke pemerintah sipil.
Bashir merebut kekuasaan dalam kudeta militer pada 30 Juni 1989, dan tetap menjabat sampai 11 April 2019, ketika ia digulingkan dan ditangkap oleh angkatan bersenjata.
Kejatuhannya disebabkan demonstrasi besar-besaran masyarakat Sudan yang turun ke jalan selama empat bulan untuk menuntut diakhirinya pemerintahan pria berusia 75 tahun itu.
Demonstrasi meletus karena kenaikan harga pangan sebelum berubah menjadi tuntutan yang lebih luas untuk perubahan politik, puncak dari kemarahan selama bertahun-tahun atas korupsi dan penindasan.
Jaksa juga telah membuka pemeriksaan pidana lain terhadap al Bashir, termasuk atas tuduhan pencucian uang, pendanaan terorisme dan memerintahkan pembunuhan demonstran, yang bisa mengancam Bashir dengan hukuman mati.
Sesi persidangan Omar al bashir berikutnya dijadwalkan pada hari Sabtu.
Menjelang persidangan, Direktur Amnesty International untuk Afrika Timur Joan Nyanyuki mengatakan dalam persidangan ini merupakan langkah positif menuju pertanggungjawaban atas beberapa kejahatan yang dituduhkan.
Selama masa jabatannya, al Bashir memimpin Sudan melalui beberapa konflik dan menjadi buronan oleh Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) atas tuduhan kekejaman di Darfur. Omar Hassan Al Bashir juga orang terakhir yang memimpin Sudan bersatu, sebelum kemerdekaan Sudan Selatan pada 2011.