Rudal yang Ditembak Korea Utara Bentuk Protes ke Korsel dan AS
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Minggu, 11 Agustus 2019 13:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada Sabtu, 11 Agustus 2019, melakukan inspeksi secara langsung atas uji coba sebuah senjata baru. Kantor berita KCNA pada Minggu, 11 Agustus 2019 mewartakan kemungkinan Pyongyang mengesampingkan dialog dengan Korea Selatan (Korsel) sebagai bentuk protes negara itu atas latihan militer gabungan Korea Selatan - Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 11 Agustus 2019, Korea Utara menembakkan dua rudal pada Sabtu kemarin. Rudal itu adalah yang ke lima yang ditembakkan Pyongyang dalam dua pekan terakhir. Seoul menyebut tindakan Korea Utara itu pamer kekuatan militer untuk melawan latihan militer gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
"Proyektil baru dikembangkan untuk menyesuaikan dengan kondisi medan. Uji coba terbaru dilakukan untuk membuktikan kekuatan dan keunggulan (senjata) yang dirancang dengan sempurna," tulis KCNA.
Ahli nuklir, James Martin dari Pusat Studi untuk Nonproliferation di California, Amerika Serikat mengatakan berdasarkan foto-foto yang disebar oleh KCNA memperlihatkan senjata baru yang dimaksud Korea Utara itu adalah tipe baru rudal balistik jarak pendek. Namun analisa lebih detail diperlukan.
Diplomat senior Korea Utara mengatakan tidak akan ada dialog antara Pyongyang dan Seoul, kecuali Korea Selatan dan Amerika Serikat mengakhiri latihan militer gabungan mereka.
Kwon Jong Gun, Dirjen dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan latihan militer bersama itu jelas menempatkan sebuah musuh dalam konsep sehingga Korea Utara mungkin berfikir dialog dengan Korea Selatan akan sulit diwujudkan kecuali negara itu mengakhiri latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat atau membuat sebuah alasan yang masuk akal atas perilaku tersebut.
Korea Selatan dan Amerika Serikat pada Sabtu, 10 Agustus 2019, resmi melakukan latihan militer bersama dengan melibatkan simulasi komputer. Latihan militer ini akan berlangsung selama 10 hari. Latihan ini adalah latihan militer pengganti yang seharusnya dilakukan namun dihentikan untuk membuka peluang dilakukannya perundingan antara Pyongyang dan Washington.
Korea Utara menyebut latihan militer itu sebagai sebuah latihan perang dan Pyongyang telah membalas dengan tindakan militernya sendiri.