Global Witness: Filipina Negara Mematikan bagi Aktivis Lingkungan
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Rabu, 31 Juli 2019 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Filipina telah menjadi negara paling mematikan di dunia untuk lingkungan hidup dan lahan. Hal itu berkaca pada tingginya angka kematian para aktivis di negara itu pada 2018.
Data yang dipublikasi pada Selasa, 30 Juli 2019, oleh lembaga nirlaba Global Witness memperlihatkan pada 2018 lalu setidaknya 30 aktivis meninggal. Data pada tahun lalu juga mengungkap dari 164 kasus kematian, sebanyak 18 persennya terkait lingkungan hidup di Filipina.
Dikutip dari aljazeera.com, Selasa, 30 Juli 2019, data ini menjadikan Filipina pertama kali disorot oleh Global Witness terkait perlindungan lingkungan dan lahan. Pada tahun lalu rata-rata tiga orang tewas saat mempertahankan lahan dan lingkungan agar tak dijadikan kawasan industri, seperti pertambangan, penebangan hutan dan agribisnis.
Diantara mereka yang tewas pada tahun lalu itu adalah sembilan petani yang bekerja di sebuah di perkebunan tebu era kolonial di wilayah tengah kepulauan Negros. Tercatat pula ada insiden fatal pada Oktober 2018 hingga menimbulkan korban jiwa empat perempuan dan dua orang luka ringan.
Kelompok buruh bernama Federasi Naisonal Pekerja Gula yang memiliki koneksi baik dengan para pemilik tanah dituding telah melancarkan serangan Oktober itu. Pada November 2018, pengacara para petani Benjamin Ramos, terbunuh setelah menerima sejumlah ancaman pembunuhan. Ramos menjadi pengacara ke-34 yang terbunuh sejak Presiden Filipina Rodrigo Duterte berkuasa di Filipina pada 2016.