Gantikan May, Boris Johnson Terpilih Jadi Perdana Menteri Inggris

Selasa, 23 Juli 2019 18:58 WIB

Presiden RI, Jokowi (dua kiri), didampingi Gubernur DKI Jakarta, Ahok (kanan), bersepeda dengan Wali kota London, Boris Johnson (dua kanan) dan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (kiri), di Jalan Thamrin dalam Car Free Day di Jakarta, 30 November 2014. Kegiatan ini merupakan rangkaian kunjungan Wali Kota London ke Jakarta. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Boris Johnson secara resmi terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris yang baru menggantikan Theresa May. Johnson pada Selasa, 23 Juli 2019, waktu setempat, memenangkan dukungan suara mayoritas dari Partai Konsevatif Inggris dan mengalahkan Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn dari kubu oposisi.

"Saya ingin katakan pada mereka yang ragu, 'Hei, kami akan memberikan energi pada negara ini'," kata Johnson, dikutip dari edition.cnn.com, Selasa, 23 Juli 2019.

Boris Johnson Ragu Pecat Sir Kim Darroch yang Kritik Donald Trump

Dengan kepercayaan ini, Johnson berjanji akan menerapkan semangat baru 'Inggris bisa melakukannya' dan menargetkan sejumlah pencapaian yang diharapkan bisa dicapainya. Namun kemenangan Johnson ini tampaknya dicibir oleh pesaingnya, Corbyn.

"Johnson mungkin memenangkan dukungan dari Partai Konservatif, tetapi dia tidak memenangkan dukungan dari negara kita," kata Corbyn, lewat Twitter.

Advertising
Advertising

Jadi Kandidat Kuat PM Inggris, Siapa Boris Johnson

Corbyn memperingatkan pihaknya sangat menentang no-deal Brexit, yang disebut Johnson sebuah jalan yang mungkin akan ditempuhnya. Corbyn pun menyerukan agar dilakukan pemilu Inggris.

Johnson adalah mantan menteri luar negeri Inggris. Dia terpilih oleh politikus Partai Konservatif menjadi Perdana Menteri tiga bulan sebelum jatuh tempo Inggris dijadwalkan angkat kaki dari Uni Eropa atau persisnya pada 31 Oktober 2019.

"Situasinya saat ini sangat cair, yang artinya apapun bisa terjadi," kata Nick Wright, ahli politik Uni Eropa dari University College London, dikutip dari apnews.com.

Dengan perdana menteri yang baru, koalisi parlemen Inggris dan Uni Eropa, hal ini bisa membuat Inggris terperosok dalam sebuah krisis politik, resesi, pemilu, referendum atau opsi lain pada saat bersamaan.

Johnson sebelum terpilih menjadi Perdana Menteri pernah berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa per 31 Oktober 2019 apapun yang terjadi. Janji Johnson ini meningkatkan dugaan kalau proses angkat kakinya Inggris dari Uni Eropa bakal tidak baik-baik atau yang disebut Brexit tanpa kesepakatan, dimana para pelaku bisnis mengatakan hal ini bisa menciderai perekonomian dan investasi Inggris.

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

3 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

1 hari lalu

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan kerja di London, bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris The Rt. Hon. Greg Hands MP

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

2 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

2 hari lalu

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

Lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO), mendapat kompensasi 992 juta Euro terkait kasus suap pembelian pesawat Garuda pada 2017

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

3 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

PM Muslim Pertama Skotlandia Memutuskan Mundur, Kenapa?

3 hari lalu

PM Muslim Pertama Skotlandia Memutuskan Mundur, Kenapa?

Baru setahun menjabat, PM Skotlandia Humza Yousaf yang merupakan pejabat muslim pertama mengundurkan diri sambil menangis.

Baca Selengkapnya

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

4 hari lalu

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

Cradle of Filth tak hanya sebuah band metal, mereka simbol keberanian untuk mengekspresikan ketidaknyamanan, kegelapan, dan imajinasi lintas batas.

Baca Selengkapnya

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

4 hari lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

5 hari lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya