Cina Kecam Unjuk Rasa dan Pencoretan Kantor di Hong Kong

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Senin, 22 Juli 2019 16:31 WIB

Sejumlah lansia turun ke jalan saat mengikuti aksi protes terhadap RUU ekstradisdi di Hong Kong, 17 Juli 2019. Ratusan ribu orang turun ke jalan di Hong Kong dalam tiga protes bulan lalu untuk menentang UU ekstradisi. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Hong Kong – Perwakilan pejabat pemerintah Cina di Hong Kong mengecam massa pemorotes anti-pemerintah, yang mencoret-coret tembok kantor itu.

Salah satu tulisan grafiti itu dianggap menyinggung dengan menggunakan frasa “semua orang Cina”.

“Tindakan-tindakan ini telah sangat merusak semangat kedaulatan hukum yang sangat dihormati di Hong Kong. Dan juga sangat menyinggung persaan orang Cina termasuk tujuh juta kompatriot,” kata Wang Zhimin, kepala perwakilan Beijing, Cina, seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 22 Juli 2019.

Ribuan pengunjuk rasa bermasker dan mengenakan pakaian hitam sempat menduduki jalanan di luar kantor perwakilan Cina di Hong Kong pada Ahad malam. Mereka mendirikan barikade dan melempari gedung itu dengan telur, benda keras, sinar laser dan mencoreti tembok kantor itu, yang menjadi tantangan terhadap kekuasaan Beijing di Hong Kong.

Wang atau mengecam keras aksi protes ini. Dia mengatakan mendukung pemerintah Hong Kong untuk mengadili para perusuh.

Advertising
Advertising

Media massa pemerintah Cina juga menurunkan berita mengecam aksi protes ini.

Media Xinhua mengutip pernyataan seorang pejabat Cina yang mengatakan,”Unjuk rasa itu secara terang-terangan menantang otoritas pemerintah pusat”.

Pejabat ini juga mengatakan perilaku para pengunjuk rasa di Hong Kong telah menjadi pengaruh buruk dan tidak bisa ditoleransi.

Media Xinhua juga melansir pernyataan dari juru bicara kantor Urusan Hong Kong dan Makau yang merupakan lembaga yang bernaung di bawah Dewan Negara Cina. Kedua lembaga itu mengecam aksi rusuh di depan kantor perwakilan Cina di Hong Kong.

“Kami mendukung kuat pemerintah Hong Kong untuk mengambil semua langkah yang diperlukan sesuai undang-undang untuk memastikan keamanan organ pemerintah pusat di Hong Kong, menjaga penegakan hukum di Hong Kong, dan menghukum para kriminal,” kata juru bicara tadi.

Seperti dilansir Reuters, kondisi stabilitas keamanan di Hong Kong terganggu pasca aksi penolakan besar-besaran pengesahan legislasi ekstradisi sejak Juni lalu.

Legislasi itu memungkinkan otoritas hukum Hong Kong untuk mengekstradisi warga ke Cina daratan jika dianggap melanggar hukum di sana.

Padahal, Hong Kong dan Cina menganut prinsip satu negara dengan dua sistem berbeda, yaitu Demokrasi dan Komunis.

Pemerintah Hong Kong mengatakan upaya amandemen legislasi itu telah gagal. Namun, aktivis pro demokrasi meminta pemerintah mencabut pengajuan amandemen legislasi agar tidak ada lagi pembahasan di Dewan Legislatif Hong Kong.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 menit lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

7 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

10 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

10 jam lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

19 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

22 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

22 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

22 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

23 jam lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

23 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya