Masyarakat Hong Kong Unjuk Rasa di Tempat Wisata

Senin, 8 Juli 2019 12:00 WIB

Puluhan ribu demonstran di Hong Kong melakukan aksi protes di tempat-tempat pariwisata untuk mendapat dukungan dari turis. Sumber: REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ribu demonstran melakukan aksi unjuk rasa di salah satu tempat tujuan wisata paling populer di Hong Kong pada Minggu, 7 Juli 2019. Unjuk rasa itu ditujukan untuk menggalang dukungan dari para turis asal Cina untuk menentang RUU ekstradisi.

Unjuk rasa dilakukan di sepanjang jalan Tsim Sha Tsui, sebuah kawasan paling populer di Hong Kong yang terkenal sebagai pusat belanja dengan deretan toko penjual barang-barang mewah. Lewat unjuk rasa ini, para demonstran mencoba mengirimkan pesan tuntutan mereka secara langsung pada turis asal Cina dan berharap mendapat simpati mereka.

Dalam RUU itu, para pelaku tindak kriminal di Hong Kong akan menghadapi peradilan di Cina. Peradilan Cina diduga berada dibawah kendali Partai Komunis Cina. Penolakan RUU ekstradisi sekarang telah menimbulkan gejolak politik di Hong Kong.

Baca juga:Warga Hong Kong Siap Unjuk Rasa Peringati 1 Juli

Advertising
Advertising

Baca juga:Amerika Mengkhawatirkan Warga Negaranya di Hong Kong

Unjuk rasa melawan RUU ekstradisi ini sekarang telah menarik jutaan orang untuk bersama-sama turun ke jalan dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini telah menjadi salah satu tantangan paling besar yang dihadapi Beijing sejak memerintah Hong Kong pada 1997 setelah diserahkan oleh Inggris.

Unjuk rasa di Hong Kong telah mendapat perhatian luas masyarakat Cina. Namun di Cina sensor untuk pemberitaan sangat ketat setelah meletup unjuk rasa terbesar di negara Tirai Bambu pada 1989 yakni unjuk rasa pro-demokrasi yang berujung dengan pertumpahan darah.

RUU ekstradisi telah memicu gelombang protes di berbagai lapisan masyarakat Hong Kong. Mereka khawatir RUU ini akan menjadi ancaman bagi aturan hukum di Hong Kong, sebuah wilayah yang telah memiliki status keuangan internasional.

Hong Kong berada di bawah kendali pemerintah Cina dengan dua sistem sejak diserahkan oleh Inggris ke Cina. Dengan sistem ini, masyarakat Hong Kong bisa menikmati kebebasan berekspresi, hak-hak melakukan unjuk rasa dan sebuah sistem hukum yang independen.

Inggris dan Cina telah saling berkomunikasi menyusul memanasnya unjuk rasa menentang RUU ini. Akan tetapi, Duta Besar Cina untuk Inggris Liu Xiaoming dalam sebuah wawancara pada Minggu, 7 Juli 2019, mengatakan Beijing tidak tertarik pada perang diplomatik dengan Inggris dan sangat yakin Hong Kong bisa menyelesaikan masalah ini tanpa intervensi Cina.

Berita terkait

Ini Kronologi Nasabah BTN Kehilangan Uang Rp7,5 M

1 jam lalu

Ini Kronologi Nasabah BTN Kehilangan Uang Rp7,5 M

Kasus sejumlah nasabah yang mengklaim dananya hilang bermula ketika mereka menempatkan dana di BTN melalui pegawai perseroan.

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

2 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

3 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

9 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

12 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

2 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

2 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

2 hari lalu

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

2 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan agregat skor 1-3 dalam partai final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya