Pakistan Buat 1.000 Pengadilan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan

Jumat, 21 Juni 2019 16:30 WIB

Demonstran memegang spanduk dan meneriakkan slogan-slogan selama aksi memperingati Hari Perempuan Internasional di Islamabad, Pakistan, 8 Maret 2018.[FAAH MAHMOOD / REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Pakistan akan membentuk 1.000 lebih pengadilan yang akan secara khusus menangani kekerasan terhadap perempuan.

Ketua Hakim Pakistan Asif Saeed Khosa merinci rencana pengadilan khusus di setiap distrik di Pakistan untuk menangani secara khusus kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan di negara tersebut, menurut laporan CNN, 21 Juni 2019.

Hakim mengatakan bahwa pengadilan baru ini akan memiliki "atmosfer berbeda" di mana para korban dapat berbicara "tanpa rasa takut," mengutip laporan kantor berita Reuters.

"1.016 pengadilan untuk kekerasan berbasis gender akan didirikan di seluruh Pakistan. Setiap distrik akan memiliki satu pengadilan khusus," kata Asif Saeed Khosa.

Baca juga: Perempuan Swiss Tuntut Kesetaraan Upah, Hapus Diskriminasi Gender

Advertising
Advertising

Sejumlah kasus besar dalam beberapa tahun terakhir telah menarik perhatian pada kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di Pakistan, yang mendorong para aktivis dan politisi untuk segera bertindak.

Human Rights Watch (HRW) mengungkap dalam World Report 2019 bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, termasuk pemerkosaan, yang disebut pembunuhan demi kehormatan, serangan asam, kekerasan dalam rumah tangga, dan pernikahan paksa, tetap menjadi masalah serius di Pakistan.

Organisasi Hak Asasi Manusia Independen Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan melaporkan setidaknya 845 insiden kekerasan seksual terhadap perempuan pada 2018, meskipun kelompok pemantau memperingatkan bahwa banyak kasus tidak dilaporkan.

Aktivis masyarakat sipil Pakistan membawa poster dan meneriakkan slogan-slogan selama aksi untuk hak-hak perempuan pada Hari Perempuan Internasional di Islamabad, 8 Maret 2019.[REUTERS]

Pada Mei, HRW mengeluarkan peringatan atas peran polisi dalam kasus-kasus kekerasan seksual, dengan petugas melakukan pelanggaran sendiri dan melecehkan dan mengintimidasi para pelapor.

Dalam laporan 2018 oleh World Economic Forum, Pakistan peringkat 148 dari 149 negara tentang perbedaan gender.

Baca juga: 6 Negara ini Dapat Nilai Sempurna untuk Hak Perempuan, Indonesia?

Perlakuan ketidaksetaraan gender tidak hanya dilakukan oleh warga tetapi juga polisi dan peradilan, kata HRW. Ini menjadi alasan utama mengapa banyak korban enggan bersaksi atau melapor.

Reuters melaporkan, pengadilan baru akan beroperasi di gedung pengadilan yang ada, tetapi kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga akan disidangkan secara terpisah sehingga para korban dapat bersaksi secara rahasia.

Berita terkait

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

2 hari lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

4 hari lalu

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan akan mundur setelah pengadilan meluncurkan penyelidikan korupsi terhadap istrinya.

Baca Selengkapnya

KPK Limpahkan Berkas Perkara Hakim Agung Gazalba Saleh ke Pengadilan

9 hari lalu

KPK Limpahkan Berkas Perkara Hakim Agung Gazalba Saleh ke Pengadilan

KPK melimpahkan berkas perkara Hakim Agung Gazalba Saleh yang terlibat dugaan gratifikasi dan TPPU ke Pengadilan Tipikor.

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

11 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

Istri Anggota TNI Ditahan usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Perempuan Mahardhika: Darurat Pemahaman Gender

16 hari lalu

Istri Anggota TNI Ditahan usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Perempuan Mahardhika: Darurat Pemahaman Gender

Perempuan Mahardhika mengatakan, polisi seharusnya melindungi perempuan seperti Anandira, korban perselingkuhan suami yang berani bersuara.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

17 hari lalu

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

Negara dengan biaya hidup termurah di dunia pada 2024, Pakistan berada di urutan pertama

Baca Selengkapnya

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

18 hari lalu

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.

Baca Selengkapnya

Warga Israel Mengaku Tak Bersalah atas Penyelundupan Peluru dan Senjata di Malaysia

21 hari lalu

Warga Israel Mengaku Tak Bersalah atas Penyelundupan Peluru dan Senjata di Malaysia

Warga Israel yang diidentifikasi sebagai Shalom Avitan terancam hukuman mati karena perdagangan senjata api ilegal.

Baca Selengkapnya