Huawei Dilarang, Silicon Valley Bisa Rugi Rp 159 Triliun?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Minggu, 19 Mei 2019 10:26 WIB

Bocoran Huawei Mate 30 Pro. (new.qq.com)

TEMPO.CO, Hong Kong – Keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk membatasi ekspor perusahaan manufaktur teknologi telekomunikasi Huawei Technologies bakal membuat industri teknologi di Silicon Valley kehilangan pendapatan bernilai miliaran dolar atau triliun rupiah.

Baca juga: Ditahan Amerika Serikat, Ini Sosok Bos Huawei Meng Wanzhou

Perusahaan manufaktur perlengkapan telekomunikasi terbesar dunia dan perusahaan penjual ponsel cerdas nomor dua dunia ini mengandalkan belasan perusahaan AS untuk menyuplai komponen kunci.

Perusahaan asal Cina ini membayar sekitar US$70 miliar atau sekitar Rp1000 triliun untuk membeli komponen telekomunikasi dari 13 ribu penyuplai pada 2018. Dari jumlah ini, Huawei membayar sekitar US$11 miliar atau sekitar Rp159 triliun kepada belasan perusahaan AS. Pembayaran ini untuk membeli chip prosesor dari Qualcomm dan Broadcom.

Advertising
Advertising

Baca juga: Direktur Keuangan Huawei Ditangkap, Amerika dan Cina Memanas

Perusahaan juga membeli piranti lunak dari Microsoft dan Android buatan Google.

Pendapatan tahunan yang besar bagi perusahaan AS ini terancam dengan keluarnya surat keputusan pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, yang memasukkan Huawei ke dalam daftar perusahaan asing terlarang. Perintah itu termasuk melarang perusahaan AS mengekspor komponen tanpa izin kepada Huawei.

“Ini membuat resiko bagi perusahaan dan jaringan pelanggan Huawei di seluruh dunia. Ini karena firma tidak dapat memutakhirkan piranti lunak dan melakukan perawatan rutin serta penggantian komponen,” kata analis dari Eurosia Group seperti dilansir CNN pada Jumat, 17 Mei 2019.

Baca juga: Diduga Melanggar Sanksi Amerika Serikat, Bos Huawei Ditahan

Para pengguna ponsel Huawei, misalnya, bisa kehilangan kesempatan tidak bisa mengupgrade sistem operasi Android terbaru. Ini karena Huawei tidak memiliki opsi alternatif lain yang siap pakai.

Larangan Gedung Putih ini juga mengganggu jaringan suplai global. Ini karena perusahaan asing tidak dapat menjual produk yang mengandung komponen buatan AS ke Huawei. Ini artinya, Huawei tidak bisa membeli chipset dari perusahaan penyuplai asal Taiwan jika komponen itu mengandung bagian dari produk yang dibuat di AS.

Mengenai ini, manajemen Huawei mengatakan telah menyiapkan diri bertahun-tahun menghadapi skenario larangan, yang saat ini terjadi.

“Keputusan itu merupakan langkah terbaru dalam kampanye melawan Huawei, yang dilakukan pemerintah AS untuk tujuan politik,” kata komisaris Huawei, Ken Hu, dalam memo kepada pegawai yang diperoleh CNN Business.

Menurut dia, perusahaan telah mengetahui ini bisa menjadi kemungkinan selama bertahun-tahun lalu. “Kami telah berinvestasi banyak dan membuat persiapan penuh di banyak area,” kata dia.

Baca juga: Kasus Huawei, Menlu Amerika Bakal Bebaskan 2 Warga Kanada di Cina

Salah satu anak perusahaan Huawei yang mendesain chip mengatakan sudah bersiap dengan situasi ini untuk bertahan. Dalam memo internal, seperti dilansir CNN, pimpinan HiSilicon, He Tingbo, mengatakan perusahaan berasumsi pada suatu ketika semua teknologi maju dan chip canggih asal AS tidak tersedia.

Itu sebabnya, menurut dia, HiSilicon merancang ban cadangan agar perusahaan bisa tetap beroperasi.

“AS telah membuat keputusan sangat gila dan menempatkan Huawei ke dalam daftar kontrol ekspor,” begitu katanya dalam memo internal. “Hari ini seiring sejarah membuat keputusannya, ban cadangan yang kita buat telah menjadi opsi Rencana A dalam semalam,” kata dia.

Menurut analis dari perusahaan broker Jefferies, Huawei bakal kesulitan jika tidak mendapatkan komponen dari AS untuk waktu lama.

Ini karena perusahaan AS mendominasi soal piranti lunak untuk ponsel cerdas dan komponen telekomunikasi. Menurut analis Rex Wu dari Jefferies, Huwei tidak memiliki alternatif untuk mendapatkan chip komputer AS untuk telecom base station.

Baca juga: Startup Amerika Gugat Huawei Soal Informasi Teknis Telekomunikasi

Jadi meskipun Huawei merupakan pemimpin dalam teknologi 5G, layanan jaringan nirkabel supercepat generasi berikutnya ini tetap membutuhkan komponen dari perusahaan AS.

Saat ini, Huawei telah meneken kontrak pembangunan jaringan 5G di seluruh dunia, dengan 25 di Eropa dan 10 di Timur Tengah.

Selain melarang penjualan komponen canggih ke Huawei, AS juga meminta pemerintah Kanada menahan Direktur Keuangan Global Huawei Meng Wanzhou untuk diekstradisi. Ini terkait pengerjaan proyek jaringan telekomunikasi di Iran, yang terjadi saat sanksi AS sedang berlaku.

Berita terkait

Starlink Masuk RI, Kominfo: Kompetisi Bikin Hidup Lebih Hidup, Kita Tidak Berada di Zona Nyaman

12 jam lalu

Starlink Masuk RI, Kominfo: Kompetisi Bikin Hidup Lebih Hidup, Kita Tidak Berada di Zona Nyaman

Kementerian Kominfo yakin kedatangan investor asing seperti Starlink tak akan mengganggu bisnis perusahaan penyedia layanan telekomunikasi eksisting.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

3 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

3 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

4 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

6 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

10 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Laba Operasi Kuartal Satu Telkom Tembus Rp 6,3 T, Marjin EBITDA 51 Persen

12 hari lalu

Laba Operasi Kuartal Satu Telkom Tembus Rp 6,3 T, Marjin EBITDA 51 Persen

Laba operasi tersebut didapat berkat pendapatan konsolidasi Telkom yang mencapai Rp 37,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Tony Blair Bertemu Menkominfo, Starlink Bakal Fasilitasi Uji Coba Internet di IKN

13 hari lalu

Tony Blair Bertemu Menkominfo, Starlink Bakal Fasilitasi Uji Coba Internet di IKN

Tony Blair dan Budi Arie berdiskusi tentang intensifikasi kerja sama guna mendorong perkembangan teknologi dan memperluas konektivitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kominfo Pastikan Tak Akan Beri Keistimewaan bagi Starlink

14 hari lalu

Kominfo Pastikan Tak Akan Beri Keistimewaan bagi Starlink

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan kehadiran starlink menjadi tantangan bagi semua operator seluler di Indonesia.

Baca Selengkapnya