Geger Anak Miliarder Menyogok Demi Kuliah di Universitas Favorit

Minggu, 12 Mei 2019 10:34 WIB

Pameran pendidikan 2018 di Cina. Sumber: China Daily/Asia News Network/asiaone.com

TEMPO.CO, Jakarta - Membayar jutaan dollar agar anak tersayang mendapatkan tempat di sebuah universitas favorit terdengar menggelikan, namun nyatanya sejumlah orang tua mau melakukan hal ini.

Dikutip dari asiaone.com, Minggu, 12 Mei 2019, dua keluarga kaya raya di Cina ketahuan membayar uang dalam jumlah sangat besar agar anak mereka bisa kuliah di Universitas papan atas di Amerika Serikat. Kasus mereka menjadi pergunjingan masyarakat Cina setelah media deras mewartakannya.

Satu dari dua keluarga itu adalah miliarder Zhao Tao, Presiden dan pendiri Shandong Buchang Pharmaceuticals Co.

Baca: Universitas Ini Akan Buka Studi Tentang UFO

Surat kabar Los Angeles Times mewartakan Zhao, 52 tahun, diperkenalkan pada William Singer, seorang konsultan pendidikan di California, Amerika Serikat yang diduga dalang skandal penerimaan mahasiswa baru dan Michael Wu yang bekerja sebagai penasehat di bank investasi Morgan Stanley di Los Angeles. Setelah kasus ini mencuat, Wu langsung dipecat.

Advertising
Advertising

Putri Zhao yang bernama Zhao Yusi masuk ke Universitas Stanford di California, Amerika Serikat pada 2017. Singers mendaftarkan Yusi pada program berlayar di kampus itu, meski kenyataannya Yusi tak punya pengalaman di olah raga itu. Pada akhirnya, Yusi kuliah di kampus itu tetapi bukan jurusan olah raga berlayar.

Beberapa pekan setelah Yusi kuliah, Zhao membayar US$ 6,5 juta atau sekitar Rp 93 miliar kepada Singer yang menyimpan uang itu untuknya sendiri. Mantan pelatih layar di Universitas Stanford John Vandemoer mengaku hanya menerima US$ 500 ribu atau Rp 7 miliar dari masuknya Yusi ke kampus itu. Dia mengaku bersalah atas tuduhan melakukan konspirasi untuk pemerasan.

Baca: Pemerintah Uji Coba Kuliah Online di 7 Perguruan Tinggi

Juru bicara Universitas Stanford, Ernest Miranda, mengatakan pada bulan lalu pihaknya telah membatalkan penerimaan untuk seorang mahasiswa karena diduga telah memalsukan dokumen saat mendaftar. Miranda menolak mempublikasi nama mahasiswa tersebut karena bisa melanggar undang-undang privasi mahasiswa.

Koran independen Stanford Daily, mewartakan Zhao Yusi sudah pindah dari asrama kampus pada 30 Maret 2019 atau tiga hari sebelum Universitas Stanford mengkonfirmasi pengusirannya.

Selain Zhao, keluarga kaya raya asal Cina yang ketahuan membayar uang dalam jumlah banyak agar anaknya masuk kampus bergengsi adalah keluarga Guo.

Kedua orang tua Sherry Guo diduga telah membayar uang US$ 1.2 juta atau sekitar Rp 17,1 miliar kepada Singer. Uang itu diberikan setelah putri mereka diterima berkuliah di Universitas Yale pada akhir 2017.

Singer membuat profil palsu Sherry Guo dengan menggambarkannya seorang pemain sepak bola perempuan yang berbakat. Singer pun membayar mantan pelatih sepak bola perempuan di Universitas Yale bernama Rudolph Meredith sebesar US$ 400 ribu atau Rp 5,7 miliar agar Sherry Guo bisa direkrut sebagai pemain, meski kenyataannya dia tak pernah main sepak bola perempuan secara kompetitif.

Berita terkait

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

2 jam lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

7 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Hentikan Sementara Pengiriman Senjata, Amerika Serikat Ingin Peringatkan Israel

13 jam lalu

Hentikan Sementara Pengiriman Senjata, Amerika Serikat Ingin Peringatkan Israel

Sumber mengatakan langkah penghentian sementara senjata ke Israel adalah untuk memperingatkan Tel Aviv jangan menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

14 jam lalu

AS Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel, Khawatir Serangan ke Rafah

Amerika Serikat menghentikan pengiriman senjata yaitu 3.500 bom ke Israel pekan lalu, khawatir digunakan di Rafah.

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

15 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

16 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

19 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meyakinkan Israel akan kembali membuka penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah.

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

21 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 7 Mei 2024 diawali oleh kabar Ketua Umum PMI Jusuf Kalla meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah

Baca Selengkapnya