Warga Venezuela Melakukan Aksi Protes di Dekat Istana Presiden
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Senin, 1 April 2019 13:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Situasi politik dan keamanan di Venezuela masih diselimuti ketegangan. Pada Minggu, 31 Maret 2019, sejumlah masyarakat Venezuela yang marah membakar beberapa barikade yang dipasang di dekat istana kepresidenan.
Aksi pembakaran itu sebagai bentuk protes atas berkurangnya pasokan listrik dan air minum sepanjang Maret 2019. Kekurangan pasokan ini telah berdampak pada layanan publik selama hampir tiga pekan. Kondisi ini menambah tekanan pada pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Baca: Amerika Mengincar Perusahaan yang Berbisnis dengan Venezuela?
Dikutip dari reuters.com, Senin, 1 April 2019, sejumlah demonstran yang melakukan aksi protes pada Minggu kemarin membawa batu dan menutupi wajah mereka. Mereka membakar ban dan batang-barang pohon di sepanjang ibu kota Caracas. Mereka menuntut Presiden Maduro agar memperbaiki situasi negara.
“Kami di sini untuk memperjuangkan air dan listrik. Kami sudah menjalani lebih dari 20 hari hidup tanpa air bersih. Listrik hanya nyala selama dua jam dan sepanjang malam tak ada aliran listrik. Keesokan harinya, listrik nyala 1,5 jam lalu mati lagi. Kami cape seperti ini terus,” kata Yofre Gamez, 32 tahun, seorang pedagang.
Baca: Rusia Buka Pusat Pelatihan Penerbangan Helikopter di Venezuela
Dalam aksi protes hari Minggu itu, satu orang demonstran perempuan dilaporkan terluka kena tembakan peluru yang diduga berasal dari kelompok-kelompok pro-pemerintah. Namun media belum bisa mengkonfirmasi siapa yang melepaskan tembakan ini.
Selain di ibu kota Caracas, aksi protes juga terjadi di wilayah lain di Venezuela, seperti di Carabobo. Para saksi mata menceritakan, demonstran di Carabobo membakar sejumlah ban dan memblokade jalan. Sedangkan kelompok HAM Penal Forum mengatakan total 12 orang ditahan dalam aksi protes hari Minggu kemarin karena dinilai melawan layanan publik.
Sejak 7 Maret lalu, Venezuela mengalami pemadaman listrik. Kondisi ini membuat banyak rumah sakit kesulitan melayani pasien dan aktivitas bisnis pun terganggu. Para Minggu malam, 31 Maret 2019, Presiden Maduro melalui saluran televisi mengumumkan sebuah rencana 30 hari yang ditujukan untuk memperbaiki manajemen, namun masyarakat di media sosial mengartikan sebagai penjatahan kekuasaan.