Hasil Pemilu Thailand Terancam Deadlock?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 28 Maret 2019 14:15 WIB

Wanita Suku Kayan mengisi daftar hadir sebelum memberikan suara di TPS Sekolah Ban Huadua, Mae Hong Son, Thailand, Ahad, 24 Maret 2019. Pemilu 2019 juga merupakan yang pertama kali sejak militer mengambil alih pemerintahan sipil setelah Yingluck Shinawatra dibawa ke pengadilan atas tuduhan menggelembungkan dana subsidi beras warga miskin Thailand. REUTERS

TEMPO.CO, BangkokPemilu Thailand diperkirakan bisa berakhir dengan kebuntuan atau deadlock terkait pemenang dalam pesta demokrasi ini.

Baca:

Ini merupakan pemilu pertama Thailand setelah kelompok junta militer mengambil alih kekuasaan pada 2014.

Indikasi ini semakin jelas setelah tujuh partai membentuk koalisi front demokrasi untuk bisa membentuk pemerintahan dan menggantikan pemerintahan oleh pimpinan juta yaitu Prayuth Chan-ocha.

Advertising
Advertising

Sebaliknya, partai pendukung juta yaitu Partai Phalang Pracharat juga menyatakan berhak membentuk pemerintahan berdasarkan hasil hitungan sementara pemilu yang berlangsung pada Ahad pekan lalu.

Baca:

“Kekuasaan di parlemen yang terfragmentasi – bukannya mengembalikan demokrasi yang diharapkan banyak orang akan terjadi lewat pemilu ini – malah menyemplungkan negara ini kedalam kebuntuan politik dan ketidak-pastian,” begitu dilansir Reuters pada Rabu, 27 Maret 2019.

Kelompok koalisi front demokrasi pimpinan Partai Pheu Thai, yang terkait dengan bekas PM Thaksin Shinawatra, terlihat berhasil mengumpulkan 255 kursi dari total 500 kursi dalam sistem pemerintahan parlemen.

Angka ini muncul dari hasil pengumuman kursi konstituen sebanyak 350 yang langsung dipilih rakyat kemarin. Setiap partai memproyeksikan perolehan jumlah kursi di parlemen meski belum final.

Baca:

Namun, jumlah perolehan 255 kursi di parlemen dari koalisi tujuh partai tadi tidak otomatis memberi kelompok front demokrasi hak untuk memilih Perdana Menteri, yang akan membentuk kabinet.

Ini karena ada aturan di Konstitusi, yang dirancang kelompok junta tiga tahun lalu, yang menyatakan Perdana Menteri terpilih harus didukung oleh 376 suara. Ini sebagai kombinasi antara DPR dan Senat, yang berjumlah 250 kursi.

Masalahnya, anggota Senat sepenuhnya di pilih oleh kelompok junta sehingga sulit bagi kelompok front demokrasi untuk bisa mendapatkan suara dari ini.

Soal ini, Sudarat Keyuraphan, yang merupakan pimpinan Pheu Thai, mengatakan,”Rakyat telah memberi kami mandat untuk menghentikan junta dari melanjutkan kekuasaannya.” Dia melanjutkan,”Kami akan melakukan ini dengan sambil menghormati etika.”

Baca:

Sudarat juga memperingatkan adanya potensi gangguan perolehan suara terhadap partai anggota front demokrasi. Dia menuding ada kemungkinan tekanan datang dalam bentuk diskualifikasi anggota parlemen yang awalnya sudah memperoleh suara.

“Apapun yang terjadi, kami meyakini mereka yang memiliki ideologi sama akan tetap bersama kami. Kami harap semua partai memprioritaskan kemaslahatan negara ini dan rakyatnya, yang membutuhkan demokrasi. Ayo bergabung,” kata Sudarat.

Bekas Kepala Polisi Seripisut Temiyavet, mendesak Prayuth segera mundur pasca pemilu Thailand. “Saya minta Prayuth mundur dan tidak memperpanjang kekuasaannya,” kata Seripisut, yang merupakan kepala Partai Seri Ruam Thai, seperti dilansir Straits Times.

Berita terkait

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

9 jam lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

22 jam lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

2 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

3 hari lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

6 hari lalu

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

11 hari lalu

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

Dosen Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud) prediksi 5 skenario potensial putusan MK sengketa Pilpres 2024 yang akan di gelar Senin, 22 April 2024

Baca Selengkapnya

Kelompok Pemantau Eopa: Pemilu Turki Belum Sepenuhnya Kondusif bagi Demokrasi

30 hari lalu

Kelompok Pemantau Eopa: Pemilu Turki Belum Sepenuhnya Kondusif bagi Demokrasi

Kelompok pemantau pemilu dari Dewan Eropa mengatakan lingkungan pemilu Turki masih terpolarisasi dan belum sepenuhnya kondusif bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Respons Bambang Widjojanto Soal MK Panggil 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres

30 hari lalu

Respons Bambang Widjojanto Soal MK Panggil 4 Menteri Jokowi Jadi Saksi Sengketa Pilpres

Bambang Widjojanto menilai MK ingin sungguh-sungguh memeriksa setiap bukti dalam sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Ketika Ganjar dan Mahfud Md Kompak Berharap MK Selamatkan Demokrasi

35 hari lalu

Ketika Ganjar dan Mahfud Md Kompak Berharap MK Selamatkan Demokrasi

Mahfud Md berharap MK mengambil langkah penting untuk menyelamatkan masa depan demokrasi dan hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ganjar dan Mahfud Bakal Singgung Kemunduran Demokrasi di Sidang Sengketa Pilpres

36 hari lalu

Ganjar dan Mahfud Bakal Singgung Kemunduran Demokrasi di Sidang Sengketa Pilpres

Mahkamah Konstitusi menjadwalkan pemeriksaan pendahuluan kepada Ganjar dan Mahfud, hari ini, pukul 13.00 WIB.

Baca Selengkapnya