ISIS Ancam Aksi Balasan Penembakan di Selandia Baru
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Rabu, 20 Maret 2019 15:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - ISIS mengancam akan membalas teror penembakan di Selandia Baru, yang menewaskan 50 orang pada Jumat pekan lalu.
Juru bicara ISIS Abu Hassan al Mujahir, mengunggah pesan di sosial media menyerukan Muslim balas dendam atas teror di Christchurch.
Menurut laporan Sputnik, 20 maret 2019, pesan audio berdurasi 44 menit tersebar di Telegram pada Senin.
Baca: Puluhan Militan ISIS Warga Negara Asing Ditangkap SDF di Suriah
Mujahir, juru bicara ISIS yang sebelumnya diduga tewas, menyerukan balasan setimpal setelah teror dua masjid di Christchurch, dengan menyerang orang Eropa.
"Pembantaian di dua masjid ini tidak lebih dari tragedi lain di antara tragedi masa lalu dan mendatang, yang akan diikuti oleh adegan kekuatan yang menjangkau semua orang yang tertipu untuk hidup di antara kaum musyrik," kata Mujahir, dikutip dari The Independent.
Sementara itu di Suriah, ISIS semakin terdesak di benteng terakhirnya di Baghouz, sebuah kota kecil di Sungai Eufrat dekat perbatasan Suriah dengan Irak, ketika serangan udara AS menghantam posisi militan dan Pasukan Demokrat Suriah Kurdi maju dari rumah ke rumah.
"Ini bukan pengumuman kemenangan, tetapi kemajuan yang signifikan dalam perang melawan ISIS," kata juru bicara SDF Mustafa Bali di Twitter.
"Pertempuran belum berakhir. Masih ada beberapa kantong di sebelah sungai. Beberapa teroris telah mengambil anak-anak mereka sebagai perisai manusia," lanjut Bali.
Baca: Apa yang Terjadi Usai Kekalahan ISIS? Berikut Faktanya
Dalam rekaman Mujahir, dia mengaku berada di Baghouz. Namun ini diragukan banyak pihak karena para pemimpin ISIS menghindari penggunaan perangkat elektronik seperti ponsel. Bahkan jika melalui kurir pesan, bagaimana pemimpin ISIS yang terjebak di Baghouz mengetahui tentang pembunuhan brutal di Selandia Baru.
Pekan lalu kelompok ISIS menolak klaim mereka telah dikalahkan dan mengeluarkan seruan kepada pendukung lokal untuk mempersiapkan teror baru.