Geng Motor Beri Penghormatan Korban Penembakan di Christchurch
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 19 Maret 2019 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu geng motor terbesar Maori Selandia baru memberikan ritual penghormatan kepada korban penembakan di Christchurch pada Ahad kemarin.
Momen emosional pada hari Minggu muncul ketika sepuluh anggota geng motor Black Power, yang pertama kali dibentuk pada tahun 1970, berkumpul di dekat barisan polisi di Masjid Al Noor di Christchurch untuk melakukan tarian upacara, dikutip dari Daily Mail, 18 Maret 2019.
Kelompok itu dikelilingi oleh pelayat yang berkumpul di sebuah rangkaian bunga untuk memberi penghormatan kepada para korban serangan teror hari Jumat.
Baca: Hari Pertama Sekolah, 200 Polisi Selandia Baru Disiagakan
Seorang juru bicara geng motor, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa tidak ada kata dapat menjelaskan bagaimana perasaan orang terluka.
"Meskipun orang menyebut kami geng motor...kami hidup dalam masyarakat ini bersama dan itu menyatukan semua orang, tidak masalah apa yang Anda kenakan atau apa warna kulit Anda, atau apa yang Anda perjuangkan, agama Anda, itu hanya menyatukan semua orang seperti gempa bumi," katanya kepada The Daily Telegraph.
Juru bicara geng motor juga mengatakan bahwa tipe ekstremisme yang diperlihatkan dalam serangan baru-baru ini telah ada selama puluhan tahun dan orang-orang perlu waspada.
"(Ekstremisme supremasi putih) itu telah ada di sini selama bertahun-tahun, sudah ada di sini selama beberapa puluh tahun, setiap penghormatan terhadap seseorang yang menunjukkan siapa mereka tetapi orang lain bersembunyi di balik sesuatu. Mereka adalah orang-orang yang harus Anda waspadai dan berhati-hati karena mereka tidak mengungkapkan perasaannya, mereka meledak dan hasilnya adalah ini," katanya.
Baca: Selandia Baru Segera Serahkan Jenazah Korban Tewas ke Keluarga
Sementara itu puluhan liang lahat digali di pemakaman Christchurch saat keluarga berduka.
Koroner Selandia Baru mengatakan mereka berharap agar kerabat yang berduka bisa menggelar prosesi pemakaman Islam secepatnya, namun mereka tetap berupaya agar autopsi tidak tergesa-gesa dan menghambat penyelidikan penembakan di Christchurch.