Sebelum Teror Christchurch, Selandia Baru Negara Paling Damai
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Minggu, 17 Maret 2019 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum teror di Christchurch, Selandia Baru merupakan negara paling damai kedua di dunia.
Penembakan masjid di Christchurch adalah serangan teror paling mematikan dalam sejarah Selandia Baru. Menurut laporan Sky News, 16 Maret 2019, data menunjukkan hanya 20 serangan teror terjadi di Selandia dalam kurun 50 tahun terakhir.
Baca: PM Selandia Baru Sebut Penembakan 2 Masjid Serangan Teroris
Menurut Global Peace Index (GPI) tahun 2018 yang dirilis oleh Institute for Economics and Peace, Selandia Baru menempati peringkat kedua negara paling damai di dunia setelah Islandia. Kemudian disusul Austria, Portugal dan Denmark melengkapi lima peringkat teratas negara teraman di dunia.
Sementara Suriah berada di peringkat terbawah indeks GPI, disusul Afganistan, Sudan Selatan, Irak dan Somalia.
GPI memetakan 163 negara berdasarkan 23 indikator, seperti tingkat kejahatan kekerasan, akses kepemilikan senjata, dan dampak terorisme.
Eropa, Amerika Utara Asia-Pasifik dan Amerika Selatan termasuk ke dalam area yang relatif damai di dunia, namun peringkat Amerika Selatan jatuh dari tahun sebelumnya.
"Karena jatuh dalam domain keselamatan dan keamanan, terutama karena peningkatan tingkat penahanan dan dampak terorisme," kata laporan GPI.
Dalam data yang dicatat oleh Global Terrorism Database, sejak tahun 1970-an, ada 20 serangan teroris di Selandia Baru.
Salah satu serangan paling menonjol pada tahun 1985, ketika Badan Intelijen asing Prancis menenggelamkan sebuah kapal Greenpeace ketika kapal itu merapat di Auckland, sebelum kapal itu bisa pergi dan memprotes pengujian nuklir Prancis.
Satu orang tenggelam dalam serangan itu.
Baca: Pelaku Penembakan di Selandia Baru Terancam Hukuman Seumur Hidup
David Lange, perdana menteri Selandia Baru pada waktu itu menyebutnya "tindakan kotor terorisme yang didukung negara internasional".
Satu orang juga tewas dalam serangan pada 1984 ketika sebuah bom koper meledak di markas besar serikat pekerja di Wellington, Selandia Baru, namun kasus ini masih belum terpecahkan sampai sekarang.