Uighur Disoal, Cina Kritik Balik Catatan HAM Amerika

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 14 Maret 2019 19:31 WIB

Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Youtube.com

TEMPO.CO, Beijing – Pemerintah Cina mengkritik balik pemerintah Amerika menggunakan istilah yang tidak biasanya keras dengan menyebut kebebasan pers yang buruk, sikap rasis, dan prasangka ideologis.

Baca:

Ini setelah kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, mengecam catatan pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh pemerintah Cina termasuk perlakuannya terhadap warga minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.

“Kami juga menyarankan kepada Amerika Serikat untuk melihat dengan serius catatan pelanggaran HAM domestik dan pertama-tama untuk mengurus urusannya sendiri,” kata Lu Kang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, seperti dilansir Reuters pada Kamis, 14 Maret 2019.

Advertising
Advertising

Lu Kang menuding catatan laporan HAM tahunan yang dilansir AS, seperti biasanya, penuh dengan prasangka indeologi, dan tuduhan tak berdasar. Cina sudah mengajukan komplain soal ini. Dia mengklaim Cina telah menjaga HAM secara penuh dan membuat banyak capaian di bidang ini.

Lu Kang menanggapi laporan HAM tahunan yang dibacakan Menlu AS, Mike Pompeo, berjudul “Country Reports on Human Rights Practices”. Menurut laporan ini, Pompeo mengatakan, ada sejumlah pelanggaran HAM di Sudan selatan, Iran, Nikaragua, dan Cina. “Tapi Cina berada di liga tersendiri kalau terkait soal pelanggaran HAM,” kata Pompeo kepada media.

Michael Kozak, kepala Biro HAM dan Demokrasi di Kemenlu AS, mengatakan perlakuan buruk Cina terhadap warga etnis minoritas Uighur di Xinjiang saat ini belum pernah terjadi sejak 1930an. Ini sepertinya merujuk pada kebijakan persekusi Hitler di Jerman dan Stalin di Uni Sovyet pada era itu terhadap kelompok minoritas.

Baca:

Cina menuding Amerika menerapkan standar HAM yang berbeda. “Ada standar ganda HAM yang dilakukan dan itu jelas,” kata Dewan Negara Cina atau Kabinet menyoal rekam jejak HAM AS.

“Kebebasan media mendapat serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata kabinet merujuk kasus jurnalis ditangkap dan dilarang melakukan tugasnya.

“Pemerintah AS juga terus menerus menuding media dan jurnalis secara terbuka telah menyebarkan ‘berita bohong’ dan menciptakan atmosfer intimidasi serta sikap bermusuhan,” begitu pernyataan dari kabinet.

Baca:

Saat ini, Amerika dan Cina, seperti dilansir CNN dan SCMP, sedang menghadapi masalah bilateral menyangkut perang dagang, yang masih dalam negosiasi penyelesaian, Taiwan yang ingin merdeka, dan kebebasan Tibet. Proses negosiasi terkait perang dagang masih berlangsung alot meskipun kedua pihak membuat kemajuan. Lalu, Taiwan memborong sejumlah jet tempur F-26 dan F-35 ke AS meskipun Cina merasa keberatan. AS juga mendesak Cina membuka aksess ke Tibet, yang dikuasai saat ini dan penuh dengan kekayaan alam.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

6 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

16 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

3 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya