TEMPO Interaktif, Manila: Rodolfo Lozada, bekas pejabat konsultan pemerintah, kemarin menyerahkan lima gepok uang kepada Senat Filipina. Dia mengatakan uang senilai setengah juta peso atau sekitar Rp 115 juta itu dipakai untuk menyuapnya agar tak membocorkan dugaan korupsi dalam transaksi telekomunikasi dengan perusahaan Cina, ZTE Corp. "Saya menyerahkan ini karena saya tak bisa tutup mulut," kata Lozada dalam sidang komite Senat, yang sedang menyelidiki kasus ini. Dugaan korupsi dalam rencana pembangunan jaringan pita lebar (broadband) nasional senilai Rp 3 triliun ini meruyak tahun lalu. Jose de Venecia III, putra mantan ketua parlemen Jose de Venecia, mengungkapkan kepada penyelidik bahwa Jose Miguel Arroyo, suami Presiden Arroyo, akan mendapat Rp 651 miliar jika kontrak pemerintah itu jatuh ke ZTE. Skandal ini tercium lebih dulu dan Arroyo membatalkan transaksi itu untuk menghindari ancaman pemakzulan. Awal Februari lalu Lozada memberi kesaksian bahwa suami Arroyo dan Benjamin Abalos, sekutu Arroyo yang bekas Ketua Komisi Pemilihan Umum, telah menekan pemerintah agar menyetujui kontrak dengan ZTE yang nilainya sudah digelembungkan itu untuk meraup keuntungan pribadi. Kasus ini mencuatkan kembali tekanan kepada Presiden Arroyo untuk lengser. Jumat lalu sekitar 3.000 orang menggelar unjuk rasa di Manila dan Ahad lalu massa bertambah menjadi 4.000 orang. Sebanyak 71 mantan menteri dan pejabat teras pemerintah juga mengajukan petisi yang menuntut agar Arroyo mundur. Adapun Gereja Katolik Roma, yang dulu berperan penting dalam menggulingkan Ferdinand Marcos, belum bersuara, meskipun sejumlah pastor telah memprotes Arroyo. l AFP | ABS-CBNNEWS | IWANK