Eks CIA: AS Dukung Mohammed bin Salman Meski Bunuh Khashoggi

Jumat, 15 Februari 2019 14:00 WIB

Donald Trump dan Mohammed bin Salman di Amerika Serikat, Selasa, 20 Maret 2018. [Arab News]

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang whistleblower dari CIA mengatakan AS akan tetap mendukung Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman meskipun memerintahkan pembunuhan Jamal Khashoggi.

Dengan informasi yang cukup bocor dari CIA, NSA, FBI, dan organisasi intelijen nasional Turki, John Kiriakou mengatakan ada sedikit keraguan di antara para analis bahwa Mohammed bin Salman yang telah memerintahkan pembunuhan itu, seperti dikutip dari Russia Today, 15 Februari 2019.

Baca: Kepolisian Turki Menduga Tubuh Jamal Khashoggi Dibakar di Oven

CIA menyimpulkan bahwa Jamal Khashoggi, kolumnis Washington Post yang memasuki konsulat Saudi di Istanbul Oktober lalu, dan tidak pernah terlihat lagi, disiksa dan dibunuh atas perintah yang datang dari Mohammed bin Salman.

Namun terlepas dari kemarahan media dan tekanan dari beberapa anggota parlemen AS untuk menghentikan penjualan senjata ke Riyadh, Presiden Donald Trump kukuh membela pangeran Saudi dan meragukan laporan CIA. Mantan agen CIA dan whistleblower Kiriakou percaya bahwa hubungan AS-Saudi tidak mungkin berubah dalam waktu dekat.

Advertising
Advertising

"Kami sudah lama disebut memiliki 'hubungan istimewa' dengan Saudi," papar Kiriakou."Itu benar-benar bukan hubungan istimewa. Ini hubungan yang sangat sederhana di mana kita membeli minyak Saudi dan Saudi membeli persenjataan Amerika .... dan presiden tidak ingin mengecewakan mereka."

Baca: Dubes Agus Benarkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman ke Jakarta

"Jangan lupa, Mohammed bin Salman baru berusia tiga puluh tahun, dia akan hidup sekitar setengah abad lagi, dan saya pikir sangat sedikit yang akan berubah dalam jangka panjang," tambah Kiriakou.

Presiden Donald Trump bersama dengan Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, 20 Maret 2018. REUTERS/Jonathan Ernst/File Photo

Mohammed bin Salman disebut-sebut sebagai reformis Arab Saudi, tetapi dalam praktiknya tidak banyak mengubah sistem hukum Saudi.

"Saya pikir yang disebut reformasi semuanya palsu," kata Kiriakou."Ini adalah negara yang masih menyalibkan orang. Saya punya teman pribadi yang baru-baru ini dijatuhi hukuman 10 tahun kerja paksa karena berpartisipasi dalam demonstrasi pro demokrasi yang damai."

Baca: Terungkap, Percakapan MBS Berniat Tembak Mati Jamal Khashoggi

Mohammed Bin Salman mencabut larangan mengemudi yang sudah lama di Arab Saudi terhadap perempuan tahun lalu, dalam apa yang disebut sebagai langkah pertama menuju memodernisasi peraturan gender di negara paling konservatif di dunia. Namun, beberapa hari sebelum pencabutan diberlakukan, pemerintah menangkap aktivis hak-hak perempuan, termasuk beberapa yang telah berhasil berkampanye menentang larangan mengemudi. Para aktivis masih dipenjara, dan beberapa telah disiksa, menurut Human Rights Watch.

"Hanya karena dia masih muda, hanya karena dia suka memakai pakaian Barat, hanya karena dia suka pergi ke Las Vegas dan melihat pertunjukan Beatles, tidak berarti dia berbeda dari pemimpin Saudi lainnya," simpul mantan agen CIA itu merujuk pada Mohammed bin Salman.

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

3 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

30 hari lalu

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan di Kairo pada Hari Ini

Negosiasi gencatan senjata di Gaza, setelah sekitar setengah tahun pertempuran antara tentara Israel dan Hamas, akan berlangsung hari ini di Kairo

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

33 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

35 hari lalu

Intelijen Militer Rusia Disebut Terkait 'Sindrom Havana', Penyakit Apakah itu?

Laporan Insider menyebutkan anggota unit intelijen militer Rusia (GRU) kemungkinan terlibat dalam penyebaran Sindrom Havana.

Baca Selengkapnya

Ini 7 Reformasi Arab Saudi, termasuk Mengirim Wakil Miss Universe untuk Pertama Kali

38 hari lalu

Ini 7 Reformasi Arab Saudi, termasuk Mengirim Wakil Miss Universe untuk Pertama Kali

Sejak di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), Arab Saudi banyak melakukan reformasi yang mencengangkan dunia.

Baca Selengkapnya

CIA Beri Dana dan Latih Mata-mata Ukraina, Siapa yang Diuntungkan?

26 Februari 2024

CIA Beri Dana dan Latih Mata-mata Ukraina, Siapa yang Diuntungkan?

CIA mendanai dan melatih mata-mata Ukraina untuk menghadapi Rusia sejak 2014.

Baca Selengkapnya

Netanyahu Temui Direktur CIA dalam Kunjungan Mendadak ke Israel

16 Februari 2024

Netanyahu Temui Direktur CIA dalam Kunjungan Mendadak ke Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Direktur CIA dalam sebuah kunjungan mendadak ke Israel.

Baca Selengkapnya

Presiden Palestina Desak Hamas Setujui Gencatan Senjata di Gaza

15 Februari 2024

Presiden Palestina Desak Hamas Setujui Gencatan Senjata di Gaza

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menekan kelompok pejuang Hamas pada Rabu untuk segera menyetujui kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Larangan Jual Miras di Timur Tengah Melonggar, Saudi Susul Uni Emirat Arab, Qatar, Libanon dan Mesir

5 Februari 2024

Larangan Jual Miras di Timur Tengah Melonggar, Saudi Susul Uni Emirat Arab, Qatar, Libanon dan Mesir

Arab Saudi menambah daftar negara Timur Tengah yang mulai membolehkan jual beli minuman keras.

Baca Selengkapnya