Parlemen AS Gagas RUU Larang Penjualan Chip ke Huawei dan ZTE

Kamis, 17 Januari 2019 08:45 WIB

Direktur Utama Huawei Ren Zhengfei dalam diskusi di Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg, Rusia, 22 Juni 2012.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok politisi bipartisan di parlemen Amerika Serikat merumuskan rancangan undang-undang yang akan melarang penjualan chip atau komponen lain buatan Amerika Serikat ke perusahaan raksasa telekomunikasi Cina, Huawei, ZTE dan perusahaan telekomunikasi Cina lainnya.

RUU ini memfokuskan pada perusahaan-perusahaan Cina yang melanggar sanksi atau melanggar undangundang pengawasan ekspor.


Baca: Jaksa AS Investigasi Dugaan Huawei Mencuri Rahasia Dagang

Dilansir dari Reuters, Kamis, 17 Januari 2019, pengajuan RUU ini hanya beberapa saat sebelum Wall Street Journal melaporkan bahwa jaksa federal sedang menginvestigasi Huawei yang diduga mencuri rahasia dagang perusahaan AS, T-Moble dan perusahaan AS lainnya.

Advertising
Advertising

Kelompok bipartisan perumus RUU tersebut 4 senator dari Republik dan Demokrat. RUU ini secara lebih rinci mensyaratkan presiden yang mengeluarkan larangan untuk mengekspor komponen buatan AS ke perusahaan-perusahaan telekomunikasi Cina yang melanggar sanksi dan peraturan pengawasan ekspor.


Baca: Jenderal Cina Bertemu Laksamana Amerika di Beijing, Bicara Apa?

RUU ini secara eksplisit menyebut nama perusahaan Cina yang terkena larangan ekspor chip dan komponen AS, yakni Huawei dan ZTE. Alasannya, kedua perusahaan Cina ini diurigai akan memakai komponen atau chip tersebut untuk memata-matai warga Amerika. Alasan lain, kedua perusahaan ini dituding tidak menghormati sanksi AS terhadap Iran.

"Huawei merupakan intelijen Partai Komunis Cina yang pendiri dan CEO nya teknisi di Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat," kata senator Tom Cotton dari Republik, salah seorang dari penggagas RUU tersebut.

Putri pendiri Huawei, Meng Wanzhou, saat ini ditahan di Kanada atas permintaan otoritas AS. Meng dituduh menggunakan sistem perbankan global untuk menghindari sanksi dagang AS terhadap Iran.


Baca: Cina Minta Pejabat BUMN Hindari Pergi ke Amerika

ZTE tahun lalu akhirnya bersedia membayar denda US$ 1 miliar ke AS karena melanggaa embargo perdagangan AS dengan Iran. Sebagai balasan, AS mencabut larangan ZTE membeli komponen telepon seluler dan lainnya dari AS sejak April tahun lalu.

Pendiri Huawei, Ren Zhengfei pekan ini membantah perusahaannya digunakan pemerintah Cina sebagai mata-mata untuk Amerika Serikat.

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

6 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

15 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

18 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

19 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

20 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya