Arab Saudi Bangun Kilang Penyulingan Minyak Rp 140 T di Pakistan
Reporter
Non Koresponden
Editor
Maria Rita Hasugian
Minggu, 13 Januari 2019 17:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi berencana membangun kilang penyulingan minyak senilai US$ 10 miliar atau setara dengan Rp 140,4 triliun di pelabuhan laut dalam Gwadar, Pakistan. Cina mendanai pembangunan pelabuhan itu.
Rencana pembangunan kilang penyulingan minya itu diungkapkan Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih kepada wartawan di pelabuhan Samudera Hindia pada Sabtu, 12 Januari 2019.
Baca: Arab Saudi dan Pakistan Bakal Kerja Sama Pemutaran Film
"Arab Saudi ingin membuat pembangunan ekonomi Pakistan stabil melalui pembangunan kilang penyulingan minyak dan ingin bermitra dengan Pakistan di Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC)," kata al-Falih.
Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman atau MBS akan berkunjung ke Pakistan pada Februari mendatang untuk menandatangani kesepakatan pembangunan kilang penyulingan minyak tersebut.
Selain itu, kedatangan MBS ke Pakistan juga untuk berinvestasi di sektor lain.
Baca: Pakistan Latih 10 Ribu Tentara Arab Saudi, Untuk Apa?
"Dengan membangun kilang penyulingan minyak di Gwadar, Arab Saudi akan menjadi mitra penting di CPEC," ujar Menteri Perminyakan Pakistan, Ghulam Sarwar Khan.
Media Saudi sebelumnya melaporkan pertemuan antara Falih dengan Khan dan Menteri Urusan Maritim Pakistan, Ali Zaidi di Gwadar. Ketiganya bertemu untuk mendiskusikan kerja sama dalam penyulingan, petrokimia, tambang, dan energi terbarukan.
Baca: Arab Saudi Dicurigai Beli Senjata Nuklir dari Pakistan
Beijing dilaporkan telah mengucurkan dana sebesar US$ 60 miliar terkait dengan CPEC yang meliputi pembangunan pembangkit tenaga listrik, jalur lintasan motor, meningkatkan dan memperbahuri rel kereta dan memperbesar kapasitas pelabuhan. Ini semua untuk membuat Pakistan sebagai rute darat yang menghubungkan Cina bagian barat dengan dunia.
Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan yang berjalan sejak Agustus 2018, Pakistan telah mengamankan paket dukungan ekonomi dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Cina.