Jurnalis Turki Dipenjara Atas Laporan Investigasi Paradise Papers

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 10 Januari 2019 14:45 WIB

Jurnalis perempuan Turki, Pelin Unker, (tengah) dijatuhi hukuman penjara selama 13 bulan karena mengungkap bisnis perusahaan bekas PM Turki, Binali Yildirim, dan kedua putranya, yang tercantum dalam dokumen Paradise Papers pada 2017. Hurriyet Daily News

TEMPO.CO, Ankara -- Jurnalis perempuan asal Turki, Pelin Ünker, dijatuhi hukuman penjara karena liputan investigasi mengenai Dokumen Paradise Papers, yang merupakan dokumen rahasia berisi investasi luar negeri sejumlah tokoh politik dan pengusaha dar berbagai negara.

Baca:

Unker dituduh telah memfitnah bekas Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim, dan kedua putranya.

Ünker melaporkan Yildirim dan anaknya memiliki perusahaan di Malta dan melakukan transaksi gelap lewat pemberitaan di surat kabar Turki, Cumhuriyet.

Advertising
Advertising

Pengadilan Caglayan Istanbul menjatuhkan hukuman penjara 12 bulan kepada anggota International Consortium of Investigative (ICIJ) ini dengan alasan pencemaran nama baik dan penghinaan. Unker juga dikenai denda sebesar US$1.615 atau setara dengan Rp 22 juta.

Baca:

Menanggapi keputusan pengadilan ini, pengacara Ünker, Tora Pekin, memberikan pembelaan atas pekerjaan jurnalistik yang dilakukan Ünker. Pekin berargumentasi hasil investigasi ini akurat dan demi kepentingan publik. Putusan ini juga dianggap tidak adil karena yang menulis mengenai isu Paradise Papers tidak hanya Ünker.

"Isu mengenai Paradise Papers diberitakan di berbagai penjuru dunia namun yang satu-satunya diadili untuk itu adalah Pelin Ünker," kata Pekin seperti dikutip dari situs icij.org.

Ünker angkat bicara mengenai hukuman yang dijatuhkan padanya. Dia mengatakan akan mengajukan banding atas putusan pengadilan. Putusan ini dianggap tidak biasa karena para penuntut mengakui bahwa artikel yang dia tulis benar.

Ünker menambahkan, putusan hukuman yang diberikan untuknya dianggap tidak mengejutkan. Dia sudah mengira ini akan terjadi dari sejak awal menulis kasus ini. Menurutnya, jurnalis di Turki sudah terbiasa diancam atas motif politik.

Baca:

"Jurnalis telah berjuang dengan hal-hal semacam ini di Turki selama bertahun- tahun. Saya hanyalah salah satunya," kata Ünker.

Para pengkritik, seperti dilansir Hurriyet Daily News, menuding Yildirim telah melanggar konstitusi Turki karena maju sebagai calon Walikota Instanbul padahal saat ini masih menjadi ketua parlemen. Pengkritik mengatakan konstitusi mewajibkan ketua parlemen bersikap imparsial.

Pada November 2017, Cumruhiyet menerbitkan serangkaian cerita sebagai bagian dari hasil investigasi mengenai Paradise Papers. Cerita itu mengungkap bagaimana para politisi, perusahaan multinasional, dan penjahat ekonomi menyembunyikan uang di "surga pajak lepas pantai".

Ünker dan Cumhuriyet melaporkan transaksi gelap yang dilakukan penguasa di Turki seperti rekan politik dan anggota keluarga Presiden Erdogan.

Baca:

Dalam laporan itu, dua anak Yildirim, Erkam dan Bulent Yildirim, dikatakan terlibat dalam kegiatan perusahaan pelayaran yang berbasis di lepas pantai Malta. Perusahaan itu adalah Hawke Bay Marine Co. Ltd. dan Black Eagle Marina Co. Ltd.

Seperti dilaporkan Cumhuriyet, satu perusahaan lepas pantai itu bekerjasama dengan perusahaan bisnis di Turki lalu mendapatkan US$ 7 juta atau sekitar Rp98 miliar dari pemerintah Turki atas tender penelitian dan pengiriman. Pemilik perusahaan bisnis itu disebutkan rekan bisnis Binali Yildirim sebelum dia terjun ke dunia politik.

Sebelum laporan ini diterbitkan oleh surat kabar Cumhuriyet, keluarga Yildirim tidak memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan Cumhuriyet.

Namun, setelah publikasi bekas Perdana Menteri Turki itu memberikan pembelaan bahwa perusahaan-perusahaan lepas pantai itu bagian dari industri maritim global.

Kebebasan pers di Turki dapat terbilang rendah. Reporters Without Borders (RSF) mengurutkan kebebasan pers di Turki ke level 157 dari 180 negara pada tahun 2018. Menurut RSF, Turki adalah penjara terbesar di dunia untuk jurnalis.

Direktur ICIJ, Gerard Ryle, mengecam putusan pengadilan Istanbul terkait liputan berdasarkan Dokumen Paradise Papers. Dia menyebutnya sebagai bentuk serangan terhadap kebebasan pers di Turki. “Putusan yang tidak adil ini berupaya membungkam berita yang adil dan akurat. Tidak lebih dari itu,” kata Ryle.

NAURA NADY | INTERNATIONAL CONSORTIUM OF INVESTIGATIVE JOURNALISTS

Berita terkait

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

1 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

19 jam lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

23 jam lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

1 hari lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

5 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

9 hari lalu

Turki Tuduh Standar Ganda AS terhadap Gaza dalam Laporan HAM

Turki mengatakan bahwa laporan HAM tahunan Washington gagal mencerminkan serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

16 hari lalu

Erdogan: Israel Kalahkan Hitler dengan Membantai 14 Ribu Anak-Anak Palestina

Recep Tayyip Erdogan kembali menyamakan Israel dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler.

Baca Selengkapnya

Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

17 hari lalu

Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

Apa saja persyaratan untuk mendapatkan visa digital nomad di Italia atau Turki?

Baca Selengkapnya

Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

17 hari lalu

Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

The New York Times menginstruksikan para jurnalis yang meliput serangan Israel di Gaza untuk membatasi penggunaan istilah genosida hingga pendudukan

Baca Selengkapnya

15 Fakta Unik Turki, Negara yang Terletak di Benua Asia dan Eropa

17 hari lalu

15 Fakta Unik Turki, Negara yang Terletak di Benua Asia dan Eropa

Berikut ini daftar fakta unik Turki, mulai dari kebiasaan minum teh, asal-muasal Sinterklas, hingga bunga tulip yang jadi bunga nasional.

Baca Selengkapnya