Penyanderaan Abu Sayyaf, Kemenlu Sebut Pengamanan Malaysia Kendor

Rabu, 9 Januari 2019 19:00 WIB

3 WNI korban penculikan milisi Abu Sayyaf di Filipina dibebaskan pada hari Jumat, 14 September 2018. [aAP]

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI kesal mengkritik Malaysia menyusul terjadinya kasus penculikan terhadap nelayan asal Indonesia oleh kelompok radikal Abu Sayyaf. Sebab kasus penculikan pada September 2018 lalu terjadi di wilayah perairan Malaysia.

Menurut Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Lalu Muhammad Iqbal, pengamanan di pihak Malaysia kendor sehingga tindak penculikan bisa sampai terjadi. Hal ini disayangkan Kementerian Luar Negeri, terlebih para nelayan Indonesia tersebut telah melapor sesuai prosedur ke otoritas berwenang Malaysia setiap kali melintasi perairan negara itu.

"Malaysia pengamanannya kendor, padahal korban (sandera) ketika menangkap ikan sudah memberikan notifikasi ke pemerintah berwenang mereka mau melintasi perairan Malaysia. Itu artinya, pengamanan mereka lemah karena bisa ditembus para penculik," kata Iqbal yang ditemui usai acara Pernyataan Pers Tahunan Menlu RI (PPTM) 2019, Rabu, 9 Januari 2019 di kantor Kementerian Luar Negeri RI, Pejambon, Jakarta.

Baca:Tiga Nelayan WNI Korban Penyanderaan di Filipina Tertekan Batin

Muhammad Sofyan, ABK Indonesia yang melarikan diri dari militan Abu Sayyaf, tiba di kantor polisi di Jolo, Sulu, Filipina selatan 17 Agustus 2016. Sofyan ditemukan penduduk yang tinggal di wilayah pantai Barangay Bual, Kota Luuk pada Rabu pagi. REUTERS/Stringer

Advertising
Advertising

Baca: Polri Dalami Kabar Penyanderaan WNI oleh Abu Sayyaf

Samsul Sangunim, nelayan asal Indonesia diculik di perairan Pulau Gaya, Semporna, Sabah, Malaysia pada 11 September 2018. Dia diculik oleh kelompok Abu Sayyaf bersama rekannya yang bernama Usman Yusof, 30 tahun. Usman telah melarikan diri dari para penculiknya pada 5 Desember 2018 dan sudah berkumpul bersama keluarganya di Dusun Bromo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Selain Samsul, ada dua sandera lainnya asal Indonesia yang ditahan kelompok radikal di Filipina saat sedang mencari ikan bersama satu nelayan warga negara Malaysia. Ketiga sandera itu diculik pada 6 Desember 2018 di perairan Kinabatangan sebuah wilayah dekat rantai kepulauan Tawi-Tawi, Lahad Datu, Filipina.

"Ketiga nelayan WNI itu masih di sandera dan kami terus mengabarkan kepada keluarga status upaya pembebasannya," kata Iqbal.

Total sejak 2016, ada 36 nelayan WNI yang menjadi korban penyanderaan kelompok radikal Abu Sayyaf di Filipina. Dari jumlah tersebut, 33 orang sudah dibebaskan, dan 3 lagi masih dalam penyanderaan.

Berita terkait

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

15 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sebut Israel akan Kembali Buka Penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat meyakinkan Israel akan kembali membuka penyeberangan Kerem Shalom dan Rafah.

Baca Selengkapnya

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

18 jam lalu

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

Kementerian Luar Negeri RI mengecam keras perebutan Israel terhadap Penyeberangan Rafah di sisi Palestina.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

22 jam lalu

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 7 Mei 2024 diawali oleh kabar Ketua Umum PMI Jusuf Kalla meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah

Baca Selengkapnya

Kondisi Atlet Sepak Bola Malaysia yang Disiram Air Keras Kini Kritis Tapi Stabil

1 hari lalu

Kondisi Atlet Sepak Bola Malaysia yang Disiram Air Keras Kini Kritis Tapi Stabil

Atlet sepak bola Malaysia yang menjadi korban serangan air keras, Faisal Halim, berada dalam kondisi kritis.

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

1 hari lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

1 hari lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Daftar Negara di Asia Tenggara dengan Gaji Tertinggi, Indonesia Nomor Berapa?

1 hari lalu

Daftar Negara di Asia Tenggara dengan Gaji Tertinggi, Indonesia Nomor Berapa?

Berikut ini daftar negara di Asia Tenggara dengan gaji tertinggi. Indonesia memiliki rata-rata upah sebesar Rp5 juta. Ini informasinya.

Baca Selengkapnya

5 Negara Pendiri ASEAN dan Tokohnya, Indonesia Termasuk

2 hari lalu

5 Negara Pendiri ASEAN dan Tokohnya, Indonesia Termasuk

ASEAN didirikan oleh lima negara di kawasan Asia Tenggara pada 1967. Ini lima negara pendiri ASEAN serta tokohnya yang perlu Anda ketahui.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

2 hari lalu

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

Indonesia-Africa Forum kedua akan diselenggarakan di Bali pada 3 - 4 September 2024. Menlu Retno mengundang perwakilan dari Gambia.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

2 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya