Konflik Arakan Army Versus Militer Myanmar, 4.500 Warga Mengungsi

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 8 Januari 2019 10:45 WIB

Ribuan warga mengungsi ke berbagai wilayah di negara bagian Rakhine pasca konflik bersenjata antara pasukan Arakan Army dan militer Myanmar, yang kembali berlangsung sejak Desember 2018. EPA via Myanmar Times

TEMPO.CO, Rakhine – Ketegangan meningkat di sejumlah wilayah di negara bagian Rakhine, Myanmar, pasca serangan berantai yang dilakukan kelompok Arakan Army terhadap sejumlah pos aparat keamanan pada Jumat, 4 Januari 2019.

Baca:

Pemerintahan Aung San Suu Kyi Minta Militer Serang Arakan Army

Tuntut Merdeka, Pemberontak Arakan Army Bunuh 13 Polisi Myanmar

Advertising
Advertising

Pasca serangan yang menewaskan 13 orang polisi itu, militer Myanmar melakukan razia mencari pasukan Arakan Army di Kota Buthidaung, Rakhine.

Operasi militer, yang berlangsung sejak Desember 2018, ini telah memicu ribuan warga Rakhine, yang mayoritas beragama Budha, melarikan diri dari desa tempat tinggalnya untuk menghindari bentrokan senjata. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB melansir ada sekitar 4.500 warga yang mengungsi akibat operasi militer ini.

Baca:

Salah satu pengungsi, U Bee Si Hta, yang menjadi pengungsi bersama ratusan orang lainnya di kamp penampungan sementara A Htet Myat Hle di daerah Ponnagyun, mengatakan ada belasan orang pengungsi lainnya tiba pasca serangan pada Jumat pekan lalu itu.

“Orang-orang melarikan diri bukan hanya karena karena takut terkena bentrokan senjata tapi juga karena kehabisan bahan makanan,” kata U Bee seperti dilansir Myanmar Times pada Senin, 7 Januari 2019.

Seorang ibu tiga anak, Ma Khin Aye Thein, mengatakan dia melarikan diri dari desanya sebelum serangan pada Hari Kemerdekaan Myanmar kemarin. Ini karena suara letusan senjata semakin mendekati desanya dan suplai bahan makanan terputus.

Baca:

“Kami tidak bisa bekerja dan kami tidak punya akses ke makanan. Pilihan kami hanya evakuasi,” kata dia, yang mengeluhkan kurangnya toilet dan suhu udara di tempat penampungan yang bisa terasa sangat panas pada siang dan dingin pada malam.

Ribuan warga mengungsi ke berbagai wilayah di negara bagian Rakhine pasca konflik bersenjata antara pasukan Arakan Army dan militer Myanmar, yang kembali berlangsung sejak Desember 2018. Terlihat ratusan anak-anak berkumpul di Desa War Taung, Kota Kyauktaw, negara bagian Rakhine, Myanmar. EPA via Myanmar Times

“Saya ingin kembali ke desa saya secepatnya. Tapi saya tidak tahu kapan masalah ini akan berakhir,” kata Ma Khin, yang tinggal bersama sekitar 1300 orang lainnya di kamp pengungsi.

Baca:

Kondisi yang memprihatinkan ini diakui oleh panitia bantuan bagi pengungsi. “Kami butuh tambahan obat dan alat penjernih air,” kata U Tin Tun Aung, ketua komite bantuan bagi para pengungsi.

Menurut kementerian Dalam Negeri Myanmar, ada sekitar 100 pasukan Arakan Army menyerang pos polisi di Ngamyinbaw, dan seratus lainnya di daerah Kyaungtaung. Sekitar 50 orang milisi Arakan Army menyerbu pos polisi di Gokepi, dan 100 lainnya di Khahtihla.

Reuters melansir serangan dadakan pada saat Myanmar sedang merayakan Hari Kemerdekaan pada Jumat, 4 Januari 2019 itu membuat pasukan militer terkejut. Ini karena militer masih berjaga melawan milisi dari etnis minoritas Rohingya.

Menurut Myanmar Times, pemerintah menyatakan gencatan senjata sepihak untuk empat bulan di sejumlah wilayah Myanmar. Namun, ini tidak berlaku di Rakhine. Ada dugaan pemerintah tidak ingin pasukan Arakan Army bertambah kuat pengaruhnya di wilayah ini.

Berita terkait

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

1 hari lalu

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

BNPB meminta semua kebutuhan dasar masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang dapat segera dipenuhi.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

5 hari lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

5 hari lalu

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengajak masyarakat Distrik Aifat, Maybrat, yang masih mengungsi kembali pulang

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

8 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

10 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

13 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

13 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya