Parlemen Kamboja Longgarkan Aturan Berpolitik Oposisi

Kamis, 13 Desember 2018 15:01 WIB

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen. SBS

TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Kamboja meloloskan sebuah aturan hukum yang bakal melonggarkan larangan berpolitik di negara itu. Lewat aturan tersebut, larangan aktivitas berpolitik para pemimpin oposisi akan dicabut.

Dikutip dari foxnews.com, Kamis, 13 Desember 2018, keputusan terbaru yang dibuat parlemen itu terkait upaya Phnom Penh untuk meningkatkan hubungan Kamboja dengan negara-negara barat. Sejumlah negara barat menuding, pemerintahan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen telah melakukan pelanggaran HAM dan penindasan hak-hak demokrasi.

Amerika Serikat dan Jerman sudah memulai langkah menjatuhkan sejumlah sanksi diplomatik kepada Kamboja. Washington dan Uni Eropa juga telah mengancam akan memperpanjang sanksi ekonominya.

Baca: Akhir The Phnom Penh Post, Bencana bagi Kebebasan Pers Kamboja

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, ditemui sehari sebelum pelaksanaan pemilu Kamboja 2018, Sabtu, 28 Juli 2018. Sumber: TEMPO/Suci Sekar

Advertising
Advertising

Baca: Hun Sen Ancam Pukuli Demonstran, Fotonya Justru Dibakar Massa

Puncak perselisihan negara-negara barat dengan Kamboja terjadi pada Juli lalu atau ketika Kamboja melaksanakan pemilu. Pemilu itu dinilai tidak adil karena tanpa kehadiran partai oposisi yang kredibel, yakni Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP). Pemilu tersebut juga telah melarang para politisi dari partai oposisi mencalonkan diri menjadi anggota parlemen.

Hun Sen dalam sebuah pertemuan dengan para pekerja garmen pada Rabu kemarin mengatakan larangan berpolitik hanya akan dicabut pada politisi yang menghormati negara. Sebab politisi yang melakukan kekerasan tetap akan menghadapi ancaman hukuman penjara.

Sam Rainsy, pendiri dan mantan Ketua Partai CNRP, mengatakan tekanan internasional sekarang mulai membuahkan hasil. Hal itu terlihat dari upaya Hun Sen yang baru-baru ini berusaha tampil lebih bersahabat menyusul pemberlakuan sanksi individu dari Amerika Serikat dan sanksi ekonomi dari Uni Eropa. Sanksi individu dari Amerika Serikat terkait dengan penerbitan visa.

Menurut Rainsy, Hun Sen tidak mau berisiko kehilangan kekuasaannya yang sudah dipegangnya selama 34 tahun. Dengan begitu, langkah-langkah yang sekarang diumumkannya dirancang untuk mengulur-ulur waktu dan menciptakan situasi yang pada akhirnya akan memperkuat cengkramannya pada kekuasaan. Dia pun menilai, janji Hun Sen untuk merehabilitasi sejumlah pemimpin CNRP yang telah dilarang berpolitik, tak menyelesaikan krisis politik Kamboja saat ini.

Berita terkait

Para Politikus PKS Ini Balas Partai Gelora soal Gabung Prabowo-Gibran

1 hari lalu

Para Politikus PKS Ini Balas Partai Gelora soal Gabung Prabowo-Gibran

Partai Gelora menolak PKS jika bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran, karena dinilai selalu 'menyerang' saat masa kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

1 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

1 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

Silang Pendapat Politikus PKS soal Peluang Gabung ke Kubu Prabowo-Gibran

2 hari lalu

Silang Pendapat Politikus PKS soal Peluang Gabung ke Kubu Prabowo-Gibran

Soal PKS berada di luar atau dalam pemerintahan Prabowo-Gibran mendapatkan respons berbeda dari internal PKS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sarankan PKS Tak Gabung ke Kubu Prabowo

2 hari lalu

Pengamat Sarankan PKS Tak Gabung ke Kubu Prabowo

Pengamat sarankan PKS tidak bergabung dengan pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

2 hari lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

2 hari lalu

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan akan mundur setelah pengadilan meluncurkan penyelidikan korupsi terhadap istrinya.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

3 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

2 Alasan PPP Belum Putuskan Sikap soal Oposisi atau Koalisi

4 hari lalu

2 Alasan PPP Belum Putuskan Sikap soal Oposisi atau Koalisi

Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP, Mardiono mengungkap alasan partainya belum memutuskan sikap terhadapan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya