Soal Keamanan, Huawei Disebut Janjikan Perbaikan Rp 29 Triliun

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Senin, 10 Desember 2018 06:01 WIB

Badan-badan intelijen Amerika Serikat menuduh Huawei terkait dengan pemerintah Cina dan peralatannya bisa digunakan Beijing untuk memata-matai. Sumber: REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, London – Perusahaan telekomunikasi raksasa Cina, Huawei Technologies, bakal menggelontorkan dana sekitar US$2 miliar atau sekitar Rp29 triliun untuk mengatasi isu keamanan yang diangkat pemerintah Inggris pada awal tahun ini.

Baca:

Huawei, yang merupakan perusahaan terbesar dunia untuk manufaktur peralatan telekomunikasi, menghadapi pemeriksaan ketat dari negara-negara Barat soal kaitannya dengan pemerintah Cina.

Ada kekhawatiran meluas peralatan telekomunikasi yang dijualnya dapat digunakan oleh Beijing untuk memata-matai negara lain. Manajemen berulang kali membantah tudingan ini.

Advertising
Advertising

“Janji Huawei itu terkait upaya untuk membangun dan mengelola produknya menjadi lebih baik,” kata seorang sumber Reuters seperti dilansir pada Jumat, 7 Desember 2018.

Baca:

Laporan pemerintah Inggris tadi, yang ditandatangani oleh lembaga mata-mata Inggris GCHQ, dipublikasikan pada Juli 2018. Laporan itu menyatakan ada masalah teknis dan jalur suplai yang membuat perlengkapan telekomunikasi buatan Huawei membuat jaringan telekomunikasi nasional Inggris terekspos ke resiko keamanan baru.

Isu itu termasuk masalah teknis, yang membatasi para peneliti untuk mengecek kode internal produk. Lainnya, ada kekhawatiran mengenai keamanan dari komponen pihak ketiga dari sebuah perusahaan penyuplai asal AS.

Baca:

Manajemen Huawei telah bertemu dengan pejabat Inggris dan berkomitmen menggelontorkan dana tadi untuk mengatasi berbagai masalah ini.

Soal ini, manajemen Huawei tidak memberikan tanggapan saat dimintai konfirmasinya.

Media CNBC melansir perusahaan telekomunikasi Inggris, BT, memutuskan tidak mengajak Huawei dalam pembangunan jaringan 5G. Saat ini, Huawei telah dilarang beroperasi di sejumlah negara seperti AS, Australia, dan Selandia Baru.

Menurut sumber kedua, rencana perbaikan teknis itu telah dibahas oleh manajemen Huawei di Cina. Keputusan telah dibuat sebelum Direktur Keuangan Global Huawei, Meng Wanzhou, ditangkap di Vancouver, Kanada, pada 1 Desember 2018.

Baca:

Penangkapan Meng ini sempat mengguncang pasar saham global. Pemerintah Cina mendesak pemerintah Kanada agar segera melepas Meng atau menghadapi konsekuensi serius.

Otoritas Kanada menangkap Meng saat pesawat yang ditumpanginya transit di Vancouver atas permintaan otoritas Amerika Serikat. Meng diduga terlibat dalam skema ilegal terkait perbankan global dalam pengerjaan proyek infrastruktur telekomunikasi Huawei di Iran, yang terkena sanksi AS.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

7 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

12 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

13 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

16 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

17 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

20 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya