Atasi Perubahan Iklim, Peneliti Usul Bangun Tembok di Antartika

Sabtu, 22 September 2018 15:05 WIB

12_iptek_eslautantartika

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok peneliti menyusun proposal untuk mencegah dampak terburuk perubahan iklim, yakni membangun dinding besar di bawah lapisan es Antartika atau Kutub Selatan agar tetap membeku selama milenium berikutnya.

Jika terlaksana, ini akan menjadi proyek geo-engineering terbesar dalam sejarah umat manusia, yang ditujukan untuk mencegah kenaikan permukaan laut yang tiba-tiba yang akan membuat kota-kota pantai utama di kedua sisi daratan Atlantik yang tidak bisa dihuni dan beku, menyebabkan kerugian bernilai triliunan dolar dan berpotensi membunuh atau menggusur ratusan juta orang.

Baca: Turki Bangun Pangkalan Ilmiah Bersama 30 Negara Lain pada 2019

"Melakukan geo-engineering berarti sering mempertimbangkan hal yang tak terpikirkan," kata John Moore, salah satu dari dua penulis studi baru, yang diterbitkan dalam The Cryosphere, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari Russia Today, 22 September 2018.

Gunung es seluas lebih dari 5.800 km persegi dan seberat satu triliun ton lepas dari lapisan es Larsen C di Antartika. Kredit: Washington Post

Advertising
Advertising

Studi ini mempertimbangkan lapisan es Antartika dan Greenland sebagai subjek uji utamanya, dengan fokus khusus pada Thwaites Glacier di Antartika Barat, yang secara luas dianggap rentan runtuh. Jika runtuh, kenaikan permukaan laut akan menjadi bencana besar sementara Gulf Stream akan hancur hampir seluruhnya.

Baca: Akibat Gelombang Panas, Puncak Gunung Es Swedia Kehilangan Rekor

"Thwaite dapat dengan mudah memicu keruntuhan lapisan es (Kutub Selatan Antartika) yang pada akhirnya akan meningkatkan permukaan laut dunia menjadi sekitar 3 meter," kata Michael Wolovick, peneliti geosains di Princeton dan penulis lain studi tersebut.

Namun, semua lapisan es, jika meleleh, dapat meningkatkan permukaan laut di seluruh dunia dengan perkiraan 60 meter menurut satu studi yang dipublikasikan di Journal Nature.

Foto yang menunjukkan pecahan es yang terbentuk dari jalur yang dilalui kapal penelitian dan pemecah es Xue Long di Antartika. chinadaily.com.cn

Permukaan laut dunia naik sekitar rata-rata enam inci selama abad ke-20, yang mengarah ke perambahan garis pantai sekitar 15 meter di sepanjang pesisir timur Amerika Serikat.

Proposal melibatkan pembangunan struktur yang sangat sederhana atau dinding di bawah lapisan es utama untuk mencegah erosi dan pelelehan yang disebabkan oleh masuknya air hangat dari bawah. Lautan telah menyerap sejumlah besar panas yang disebabkan oleh perubahan iklim dan pembakaran bahan bakar fosil.

Proposal ini memusatkan pada Thwaites Glacier, yang kira-kira lebarnya 80 sampai 100 kilometer untuk uji coba.

Namun para penulis juga menyayangkan bahwa industri bahan bakar fosil akan melihat proyek rekayasa seperti itu sebagai kesempatan untuk keluar dari rasa bersalah, yang akan memungkinkannya untuk terus mengekstraksi batu bara, minyak dan gas untuk pembakaran, memompa lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer.

Baca: Gunung Es Raksasa Greenland Menjauh, Terlihat Sampai ke Satelit

"Ada elemen masyarakat yang tidak jujur yang akan mencoba menggunakan penelitian kami untuk menentang perlunya pengurangan emisi. Penelitian kami tidak mendukung interpretasi itu," tutur para penulis.

Kritik lain dari proposal dinding Antartika yakni rencana hanya akan mengendalikan gejala, bukan penyebab perubahan iklim, sementara faktor-faktor lain seperti kekeringan, sistem badai yang semakin intens dan pengasaman laut akan terus memburuk.

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

48 menit lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

5 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

1 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

2 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

3 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

7 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya