Dari Bush ke Trump, Bagaimana Presiden AS Peringati Teror 9/11?
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Rabu, 12 September 2018 19:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Empat kampanye presiden dan delapan pemilihan kongres, menjadikan perang teror 9/11 sebagai perang terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat.
Teror 9/11 telah membentuk politik AS, dan kadang-kadang atas keberatan keluarga korban. Penabrakan empat pesawat dan menewaskan hampir 3.000 orang juga menguji presiden AS, yang melekat pada mantan Presiden George W. Bush, yang mendengar kabar dari kepala stafnya berita tentang serangan teror 9/11.
Baca: Amerika Serikat Peringati 17 Tahun Serangan Teror 9/11
Sebuah laporan Pentagon dari Juli 2017 mengatakan perang pasca-teror 9/11 melawan terorisme di Irak, Afganistan dan Suriah membebani pembayar pajak sebesar US$ 1,5 triliun atau sekitar Rp 22 ribu triliun (kurs Rp 14.811)
Berikut adalah bagaimana teror 9/11 mempengaruhi politik dan pemimpin Amerika Serikat, serta bagaimana mereka memandang teror 9/11, seperti dilansir dari ASsociated Press, 12 September 2018.
1. DONALD TRUMP
Donald Trump memperingati 17 tahun teror 9/11 dengan mengunjungi Shanksville, sebuah lahan di Pennsylvani yang dibangun monumen untuk mengenang 40 orang yang meninggal ketika mereka mencoba merebut pesawat yang dibajak dan akhirnya jatuh.
"Tanah ini sekarang menjadi monumen serangan terhadap Amerika Serikat. Sepotong hati Amerika dimakamkan di atas dasar ini," kata Trump.
Tetapi Trump, yang berada di penthouse Trump Tower, sekitar 6 kilometer dari World Trade Center pada tanggal 2001, memiliki beragam dengan tanggapan terhadap teror 9/11. Dia memuji New York, tetapi juga membuat klaim yang tidak berdasar tentang apa yang dia lakukan dan lihat hari itu.
Baca: Peringatan 17 Tahun Serangan Teror 9/11, Apa Kata Al Qaeda?
Donald Trump sempat mengatakan bahwa "ribuan orang (Muslim) bersorak-sorai" di Jersey City, New Jersey, saat menara-menara runtuh. Namun tidak ada bukti adanya perayaan massal di sana oleh umat Islam.
Trump juga mengatakan dia kehilangan "ratusan teman" dalam serangan 9/11 di New York. Dia belum memberikan nama tetapi telah menyebutkan mengetahui seorang imam Katolik Roma yang meninggal.
Sebagai presiden, Trump telah mengusulkan deportasi massal dan pelarangan terhadap beberapa Muslim yang melakukan kunjungan ke AS sebagai bagian dari kebijakan anti-terorismenya.
Selama debat presiden 2016, Trump mengatakan kepada Jeb Bush, saudara dari mantan Presiden George W. Bush, "World Trade Center runtuh selama masa pemerintahan saudara laki-laki Anda."
<!--more-->
2. BARACK OBAMA
Pada tanggal 1 Mei 2011, Obama memerintahkan serangan yang menewaskan arsitek teror 9/11, Osama bin Laden, di Pakistan dan menempatkan sekumpulan intelijen terorisnya di sana.
Pada 10 Januari 2017, ketika pidato perpisahannya di Chicago, dia mengatakan dia tidak pernah membayangkan AS akan mengeluarkan dalang teror 9/11 dari pengawasannya.
"Karena keberanian luar biasa dari pria dan perempuan kami yang berseragam, dan petugas intelijen, penegak hukum, dan diplomat yang mendukung mereka, tidak ada organisasi teroris asing yang berhasil merencanakan dan melakukan serangan terhadap tanah air kami selama delapan tahun terakhir," kata Barack Obama.
Barack Obama menjadi presiden karena reaksi anti-perang di partai Demokrat pada 2008. Namun ia juga memerintahkan peningkatan pasukan di Afganistan pada Desember 2009. Di bawah kepresidenannya, AS menarik sebagian besar personel militer dari Irak pada Desember 2011.
<!--more-->
3. GEORGE W. BUSH
George W. Bush, mantan Gubernur Texas yang memenangkan kursi kepresidenan dan tujuh bulan kemudian terjadi serangan teror 9/11.
Pada pukul 09.05 pagi ia sedang duduk, di depan kamera, di Sekolah Dasar Emma E. Booker di Sarasota, Florida, ketika kepala stafnya, Andrew Card, berbisik "Pesawat kedua telah menabrak menara kedua. Amerika sedang diserang".
Bush berdiri di atas tumpukan puing-puing di New York dengan pengeras suara, "Aku bisa mendengarmu! Seluruh dunia mendengar Anda!"
Bush berdiri di depan Kongres, mengeluarkan tantangan ke seluruh dunia.
"Entah Anda bersama kami, atau Anda bersama teroris," tegas Bush, yang memimpin periode persatuan nasional untuk melawan apa yang ia sebut "poros kejahatan" dan memberlakukan undang-undang untuk membasmi plot teror.
Baca: Kerabat Korban Teror 9/11 di Inggris Ingin Klaim Aset Iran
Bush menginvasi Afganistan dan Irak atas persetujuan Kongres AS, yang kemudian tidak terbukti bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Mengikuti ambisi perang pasca-teror 9/11, George W. Bush kembali memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2004.