Hiperinflasi di Venezuela Bukan yang Terburuk di Dunia

Reporter

Tempo.co

Minggu, 26 Agustus 2018 14:43 WIB

Hiperinflasi di Venezuela telah memaksa masyarakat merogoh uang jutaan bolivar untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok. Sumber: Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Venezuela menghadapi hiperinflasi hingga membuat nilai mata uang bolivar tak ada harganya. Hiperinflasi telah mendesak masyarakat Venezuela membeli barang-barang kebutuhan pokok dengan setumpuk uang.

Dikutip dari news.com.au pada Minggu, 26 Agustus 2018, satu ekor ayam dengan seberat 2,4 kilogram dijual di sebuah pasar di ibu kota Carakas dengan harga 14.600.000 bolivar atau setara Rp 2,6 juta. Sedangkan tisu toilet dijual 2.600.000 bolivars atau sekitar Rp 152 ribu.

Baca: Hiperinflasi di Venezuela, 1 Ekor Ayam Dihargai 14 juta

Sebelumnya pada Senin, 20 Agustus 2018, Venezuela telah menyederhanakan mata uangnya dengan menerbitkan ‘kedaulatan bolivar’ yang nilainya setara dengan 100 ribu bolivar.

Untuk menyelamatkan masyarakat dari hiperinflasi, pemerintah Venezuela mengumumkan kenaikan upah minimum sebanyak 3 ribu persen, namun saat yang sama Venezuela menaikkan pajak dan berencana mematok mata uang bolivar ke petro serta mendukung cryptocurrency. Langkah ini cukup mengejutkan karena banyak negara menilai cryptocurrency adalah sebuah penipuan.

Advertising
Advertising

Menurut ekonom, Steve Hanke dari Universitas Johns Hopkins, menghapuskan deretan nol dari mata uang tidak akan membawa dampak apapun. Sebab secara makna, nilainya sama saja.

“Sebelumnya rata-rata inflasi sekitar 61,500 persen per tahun, sekarang sudah naik 65,500 persen. Jadi sangat jelas, tidak ada yang berubah. Mata uang bolivar diambang kematian dan kondisi kemungkinan memburuk. Seberapa buruk dan berapa lama ini akan berlangsung? Tidak ada yang tahu. Anda tidak bisa memproyeksikan durasi dan hiperinflasi,” kata Hanke.

Baca: Akibat Krisis, Warga Venezuela ke Brazil untuk Melahirkan

Hanke mengatakan satu-satunya cara untuk menyelamatkan bolivar adalah dengan menggantikannya dengan mata uang dollar Amerika Serikat. Hal ini pernah pula dilakukan oleh Ekuador pada 2001.

Krisis hiperinflasi di Venezuela saat ini bisa dibilang cukup konservatif. Sebab berdasarkan standar sejarah, hiperinflasi di Venezuela sekarang berada di urutan ke 23 dari 55.

Hiperinflasi terburuk dalam sejarah dialami oleh Hungaria dengan inflasi harian 207 persen. Urutan kedua adalah Zimbabwe, pada 2008 harga barang kebutuhan di negara itu naik dua kali lipat setiap hari dalam tempo 24 jam. Posisi ketiga yakni Yugoslavia yang pada 1994 inflasi bulanan menyentuh angka 313.

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

23 jam lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

3 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

4 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyiapkan strategi untuk menjaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

8 hari lalu

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

8 hari lalu

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

BI memprediksi kinerja penjualan eceran bulan Maret 2024 tetap tumbuh. Indeks Penjualan Riil Maret 2024 tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

10 hari lalu

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

Rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

11 hari lalu

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya