Arab Saudi Pasang Kiswah Baru Berhias 120 Kilogram Benang Emas
Reporter
Non Koresponden
Editor
Budi Riza
Selasa, 21 Agustus 2018 13:28 WIB
TEMPO.CO, Mekah – Pemerintah Arab Saudi memasang kain penutup Ka’bah baru, yang rutin dilakukan setiap tahun, pada Senin, 20 Agustus 2018, seusai jamaah haji melaksanakan salat.
Baca:
Puncak Haji 2018, Jemaah Wukuf di Padang Arafah Hari Ini
Wukuf di Arafah, Jemaah Haji Indonesia Dapat Slot Tenda Terbesar
Kain yang juga dikenal sebagai kiswah ini dipasang sekitar 160 petugas dan diawasi Sheikh Abdulrahman Al-Sudais, Ketua Kepresidenan Umum Dua Masjid Suci.
“Seusai salat subuh pada hari ke sembilan Zulhijah, kain kiswah yang lama diganti dengan yang baru, yang berhias emas, mengilustrasikan ayat dari kita suci Al-Quran,” kata Ahmad Bin Mohammed Al-Mansouri, Direktur Umum King Abdul Aziz Complex Ka’bah, seperti dilansir Arab News, Senin, 20 Agustus 2018.
Al Mansouri menjelaskan, kain kiswah baru memiliki lebar 658 meter persegi dan terbuat dari 670 kilogram sutra. Ada 120 kilogram benang emas dan 100 kilogram benang perak menghiasi kain penutup ini.
Baca: Raja Salman Membayari Hewan Kurban Jamaah Haji
Penutup bangunan Ka’bah ini dibuat di King Abdul Aziz Complex for Holy Kaab Kiswa, yang memiliki 200 pegawai terlatih. Kompleks ini juga memiliki mesin jahit terbesar dunia dengan panjang sekitar 16 meter.
Dalam pidatonya, Sheikh Sudais memuji kepemimpinan pemerintah Arab Saudi dalam mengelola pelaksanaan ibadah haji 2018 karena menempatkan program ini sebagai prioritas.
Media ABC News melansir muslim merayakan hari raya Idul Adha pada Selasa, 21 Agustus 2018, seiring dengan para calon jamaah haji melakukan ritual final di Mina dengan melempar batu ke tiga tiang. Ini merupakan simbolisasi mengusir setan, yang mencoba menghasut Nabi Ibrahim agar tidak mengikuti perintah Tuhan.
Baca:
Ketegangan Politik, Jemaah di 3 Negara Ini Sulit Naik Haji
Haji 2018, Khutbah Wukuf di Arafah Yahya Staquf Sebut Soal Rahmah
Menurut ajaran Islam, iman Ibrahim sedang diuji Tuhan saat diminta mengorbankan anaknya, Ismail. Dalam konteks Yahudi dan Kristen, Ibrahim diminta mengorbankan anaknya, yang bernama Ishak. Saat itu, setan datang kepada Ibrahim dan memintanya mengabaikan permintaan Tuhan itu. Jamaah haji diminta meneladani ajaran Ibrahim agar tidak tertipu setan.
