Hun Sen Didesak agar Partai Oposisi Ikut Pemilu

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 21 Juli 2018 16:05 WIB

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen. ANTARA FOTO/AACC2015

TEMPO.CO, Jakarta - Linna Chheng, Diplomat muda asal Kamboja, menyadari pemilu yang akan diselenggarakan pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen pada 29 Juli 2018 telah menjadi perhatian masyarakat luas. Linna, yang ditemui Tempo pada Jumat, 20 Juli 2018, meyakinkan partai-partai oposisi berpartisipasi dalam pemilu ini.

Menurut Linna, demokrasi di Kamboja sedang tumbuh dan dalam pemilu Kamboja 2018, total ada 20 partai yang mengikuti pemilu. Dari jumlah itu, lima partai adalah partai oposisi.

"Pemerintah Kamboja bahkan ingin lebih banyak partai yang mengikuti pemilu. Kami adalah negara demokrasi, demokrasi kami bahkan lebih baik dari Thiland," kata Linna, ditemui dalam acara Friends of Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI, Jumat, 20 Juli 2018.

Baca: Pemerintah Kamboja Awasi Media Menjelang Pemilu

Linna Chheng, diplomat muda dari Kamboja, ketiga dari kanan. Sumber: Dokumen Kementerian Luar Negeri RI

Advertising
Advertising

Baca: Ini Janji Kampanye Hun Sen pada Pemilu Kamboja

Terkait absennya Partai Penyelamat Nasional Kamboja atau CNRP dari pemilu 2018 karena telah dibubarkan oleh pemerintah Kamboja, Linna menjelaskan keputusan itu diambil karena CNRP telah melawan aturan negara sehingga mereka dikenai hukuman. Ada lima partai oposisi mengikuti pemilu 2018, namun CNRP diakuinya partai oposisi terbesar di Kamboja.

Dia pun menegaskan, masyarakat Kamboja masih menginginkan Hun Sen. Sebab masyarakat menilai ada banyak pembangunan di wilayah pinggir Kamboja dan Hun Sen telah berkomitmen akan menjaga masyarakat Kamboja.

Sebelumnya pada April 2018, Ketua Partai CNRP, Sam Rainsy, mengatakan aneh melakukan pemilu tanpa kehadiran partai oposisi. Dia pun menginginkan pemerintah Kamboja agar melakukan rehabilitasi dan mengizinkan partai-partai oposisi berpartisipasi dalam pemilu.

Pemilu Kamboja telah menjadi sorotan masyarakat internasional. Perdana Menteri Hun Sen menuai kritik tajam setelah membubarkan partai CNRP secara paksa pada November 2017. Pendiri CNRP dan saingan utamanya, Sam Rainsy juga telah di kriminalisasi, sehingga menutup peluangnya untuk mencalonkan diri menjadi perdana menteri Kamboja.

Setelah menyapu bersih kursi pada pemilu legislatif 25 Februari 2018, partai berkuasa di Kamboja, yakni Partai Rakyat Kamboja atau CPP, mencoba meyakinkan masyarakat soal keuntungan satu partai berkuasa dan mayoritas. Partai Perdana Menteri Hun Sen itu pun, membandingkan Cina yang sukses dengan satu partai.

Berita terkait

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

16 jam lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

17 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

1 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

2 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

4 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

6 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

7 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

7 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

8 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya