Hun Sen Minta Penyebar Rumor soal Pemilu Ditangkap

Reporter

Tempo.co

Kamis, 5 Juli 2018 08:21 WIB

PM Kamboja, Hun Sen bereaksi atas pertanyaan jurnalis saat dia berjaalan dengan PM Australia Malcolm Turnbull di sela-sela KTT Asean--Australia, 16 Maret 2018. Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, memerintahkan otoritas berwenang untuk menahan mereka yang menyebar desas-desus secara online mengenai pemilu Kamboja. Langkah ini diambil karena rumor tersebut dikhawatirkan bisa mempengaruhi para pemilih menyusul pemilu Kamboja yang akan diselenggarakan pada 29 Juli 2018.

“Pagi ini, saya diinformasikan soal berita bohong yang mengatakan akan ada dua jenis tinta hitam yang digunakan pada hari pemilu. Satu botol tinta pada umumnya dan satu lagi tinta yang mengandung racun sehingga siapapun yang menyentuh tinta itu akan meninggal dunia dalam tempo 24 jam,” kata Hun Sen, seperti diwartakan Phnom Penh Post.

Sebelumnya pada Senin, 2 Juli 2018, muncul tudingan pemantau pemilu dan orang-orang dari bekas partai oposisi sebagai dalang dari penyebar rumor tersebut. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Chhum Sucheat, mengatakan otoritas berwenang telah menginvestigasi dan akan menentukan siapa dalam penyebar rumor ini.

“Ini adalah sebuah pesan bagi kelompok yang sama dengan orang-orang yang lima tahun lalu membicarakan soal tinta yang bisa dihapuskan. Kami tak bisa membiarkannya pergi,” kata Hun Sen.

Baca: 30 Tahun Berkuasa di Kamboja, Hun Sen Ingin Lanjut 10 Tahun Lagi

Advertising
Advertising

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen. AP Photo

Baca: Sebut Hun Sen Diktator, Warga Kamboja Protes di Jepang

Situs punchng.com pada Rabu, 4 Juli 2018 menuliskan Partai Rakyat Kamboja, sebuah partai berkuasa di negara itu, diperkirakan akan sapu bersih dalam pemilu 29 Juli 2018 menyusul keputusan pemerintah Kamboja untuk membubarkan partai oposisi terbesar di Kamboja, Partai Penyelamat Nasional Kamboja atau CNRP. Ketua partai itu bahkan telah dijebloskan ke penjara pada 2017.

Laporan Lembaga Transparansi Internasional Kamboja dalam laporannya menyebut, sebelum Kamboja menyelenggarakan pemilu pada 2013, lembaga pemantau pemilu, Comfrel, menemukan tinta pemilu sangat mudah dihapus. Tinta yang sulit dihapus ditujukan untuk menandai masyarakat yang telah memberikan hak suara mereka sehingga menghindari orang-orang yang tak bertanggung jawab memilih lebih dari satu kali.

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

23 jam lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

1 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

2 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

3 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

3 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

8 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

9 hari lalu

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

Budi Arie Setiadi mengatakan Tim Cook mengapresiasi hasil pemilu presiden Indonesia atas terpilihnya Prabowo.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

11 hari lalu

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

Hari ini, 17 April 2019 atau Pemilu 2019 pertama kali Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dilakukan secara serentak.

Baca Selengkapnya

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

18 hari lalu

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

Sekitar 44 juta warga Korea Selatan akan memberikan suaranya dalam pemilu yang akan menentukan sisa masa kepemimpinan Presiden Yoon Suk yeol.

Baca Selengkapnya