Seksisme dan Pelecehan Nodai Piala Dunia 2018

Jumat, 29 Juni 2018 21:00 WIB

Suporter Kolombia membentangkan syal saat menyaksikan pertandingan Grup H Piala Dunia 2018 antara Kolombia dan Senegal di Samara Arena, Samara, Rusia, 28 Juni 2018. REUTERS/Max Rossi

TEMPO.CO, Jakarta - Jaringan sosial terkemuka Rusia menindak kelompok chat yang dibuat untuk mempermalukan perempuan selama Piala Dunia 2018 di tengah meningkatnya keluhan pelecehan dan seksisme selama turnamen.

Jaringan sosial VKontakte, dikutip dari Associated Press, 29 Juni 2018, mengatakan bahwa mereka mengeluarkan peringatan kepada para administrator dari kelompok-kelompok chat tersebut. VKontakte mengingatkan administrator bahwa perilaku ofensif tidak dapat diterima"dan mengatakan kepada mereka untuk lebih baik mengelola situs mereka, termasuk memblokir konten.

Baca: Fans Timnas Brasil di Piala Dunia 2018 Tewas Dibunuh

Namun komentar seksis terus muncul hingga Kamis 29 Juni, di setidaknya oleh salah satu situs media sosial, yang dinamai dari frasa berbahasa Portugis "rosa buceta" untuk anatomi perempuan yang berkonotasi melecehkan.

Administrator situs secara terbuka mengkritik apa yang mereka sebut perilaku tidak pantas terhadap perempuan Rusia yang merayakan bersama penggemar asing selama Piala Dunia.

Advertising
Advertising

Beberapa penggemar wanita, jurnalis dan lainnya mengeluhkan diraba, mendapat komentar seksis atau perilaku buruk lainnya di Piala Dunia 2018, yang diselenggarakan di 11 kota Rusia.

Unggahan Twitter "Seorang suporter mencoba mencium reporter Julia Guimarães sebelum pertandingan antara Jepang vs Senegal di Yekaterinburg. Hari ini @showdavida menunjukkan laporan tentang pelecehan terhadap wanita di Rusia."[Twitter globoesportecom/@globoesportecom]

Dilansir dari Globalnews.ca, pada Minggu 24 Juni kemarin , jurnalis Sport TV, Julia Guimarães, saat melaporkan pertandingan tiba-tiba seorang pejalan kaki mencoba mencium pipinya. Dia berhasil mengelak pria itu dan memarahinya.

Baca: 16 Fans Meksiko Nobar Piala Dunia 2018 Tewas Ditembak

“Jangan lakukan ini. Saya tidak mengizinkan Anda melakukan ini. Ini tidak sopan, ini tidak benar. Jangan pernah melakukan ini pada seorang perempuan, oke? Tolong hormati saya," ujar Julia Guimarães memarahi pria itu dengan bahasa Inggris.

Usai kejadian ini, Julia berkicau di Twitter dan menyayangkan ia dilecehkan saat membawakan berita.

“Sulit mengungkapkannya ... Untungnya, saya tidak pernah mengalami ini di Brasil. Tapi di sini, hal seperti ini sudah terjadi dua kali. Sedih. Memalukan," kicau Julia.

Baca: Putin Minta Media Tidak Beritakan Kriminalitas Selama Piala Dunia

Hal serupa bukan hanya terjadi kepada Julia. Dilaporkan Euronews, seorang reporter Kolombia untuk layanan berbahasa Spanyol Deutsche Welle, Julieth Gonzalez Theran, dicium dan diraba oleh seorang penggemar selama siaran langsung di alun-alun Manezhnaya, Moskow. Insiden itu terjadi tepat sebelum Piala Dunia dimulai pada tanggal 14 Juni.

Seorang reporter Kolombia untuk stasiun TV Deutsche Welle, Julieth Gonzalez Theran dicium dan diraba oleh seorang penggemar selama siaran langsung di alun-alun Manezhnaya, Moskow.[Twitter DW (Español)/@dw_espanol]

Baik Theran dan Deutsche Welle mengecam insiden itu. Unggahan video di Instagram tertulis "ini bukan ciuman, itu adalah serangan seks non-konsensual."

Theran menulis di Instagram, "Saya menolak perilaku misoginis di sepak bola atau olahraga lain. Saya termasuk perempuan yang berjuang di tempat yang dipenuhi laki-laki buruk. Ini juga tidak bisa diabaikan. #metoo."

Pria itu kemudian menghubungi Deutsche Welle setelah videonya beredar untuk meminta maaf kepada Theran. Ia mengatakan dia bertindak ceroboh dan mengaku tindakannya adalah lelucon setelah ia dan temannya bertaruh untuk mencium seorang reporter saat siaran langsung.

Sementara Agensi Getty Images dituduh merendahkan perempuan yang menonton sepak bola, setelah menerbitkan album "penggemar Piala Dunia terseksi" yang hanya menampilkan gambar-gambar suporter perempuan.

Unggahan Getty Images yang memamerkan foto-foto perempuan dalam album "World CUp 2018: The Hottest Fans" yang dianggap merendahkan kaum perempuan dan seksisme.[Twitter @GettyImages via Independent.co.uk]

Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, yang memasok gambar untuk bisnis dan outlet media di seluruh dunia, dipaksa untuk meminta maaf setelah memposting serangkaian foto berkesan seksual dari perempuan muda dan menarik dengan judul "Piala Dunia 2018: Penggemar Terseksi", seperti dilansir Independent.co.uk.

Foto-foto itu dipertanyakan karena semua penggemar yang ditampilkan adalah perempuan dan perusahaan itu dituduh menempatkan perempuan yang menonton Piala Dunia 2018 sebagai dekorasi, melalui media sosial.

Baca: 10 Negara Paling Tidak Aman Bagi Perempuan, Ada Amerika Serikat

Kementerian Pariwisata Brasil mengecam insiden pelecehan serupa yang melibatkan pelecehan perempuan Rusia oleh pengunjung Brasil. Setelah video muncul di media sosial yang menunjukkan pria mendekati wanita Rusia dan menyebut mereka "rosa buceta" dalam bahasa Portugis yang berkonotasi negatif, kementerian pariwisata Brasil menegur pengunjung Brasil dalam sebuah pernyataan resmi.

"Seksisme dan pelecehan terhadap wanita tidak dapat diterima dalam situasi apa pun, apalagi dalam acara seperti Piala Dunia 2018," tulis pernyataan resminya.

Berita terkait

10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

38 hari lalu

10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

Anda sering terluka atau mempertanyakan harga diri. Berikut perilaku pasangan yang menjadi sinyal Anda harus bersikap tegas dalam hubungan.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Pihak Johnny Depp atas Tuduhan Pelecehan Verbal dari Lawan Mainnya

40 hari lalu

Tanggapan Pihak Johnny Depp atas Tuduhan Pelecehan Verbal dari Lawan Mainnya

Tanggapan Johnny Depp setelah dituduh melakukan pelecehan verbal terhadap lawan mainnya di lokasi syuting film Blow yang dirilis 23 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mantan Produser Nickelodeon Minta Maaf Atas Perilakunya yang Diungkap Serial Quiet On Set

42 hari lalu

Mantan Produser Nickelodeon Minta Maaf Atas Perilakunya yang Diungkap Serial Quiet On Set

Mantan Produser Nickelodeon, Dan Schneider terseret kasus pelecehan, seksisme, rasisme, dan perlakuan tidak pantas terhadap artis cilik.

Baca Selengkapnya

Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

43 hari lalu

Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

Fakultas Filsafat UGM menunggu laporan dari para korban untuk penanganan yang lebih tepat dan cepat.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Pungli di Rutan KPK, Terbongkarnya Diawali Kejadian Pelecehan Seksual

45 hari lalu

Kilas Balik Kasus Pungli di Rutan KPK, Terbongkarnya Diawali Kejadian Pelecehan Seksual

KPK telah menetapkan 15 tersangka kasus pungutan liar di rumah tahanan KPK. Berikut kilas baliknya, diawali kejadian pelecehan seksual.

Baca Selengkapnya

Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

57 hari lalu

Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno dilaporkan dua orang atas dugaan pelecehan

Baca Selengkapnya

Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Dokter di Palembang, Pelapor akan Serahkan Barang Bukti

1 Maret 2024

Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Dokter di Palembang, Pelapor akan Serahkan Barang Bukti

Perkara dugaan pelecehan seksual oleh dokter di salah satu rumah sakit di Jakabaring, Palembang, terus bergulir di Polda Sumatera Selatan

Baca Selengkapnya

Datangi Polda, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

29 Februari 2024

Datangi Polda, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

Rektor Universitas Pancasila nonaktif, Edie Toet Hendratno, 72 tahun, memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa di kasus dugaan pelecehan seksual

Baca Selengkapnya

Rektor Universitas Pancasila Diperiksa Hari Ini, Korban Bantah Ada Motif Politik

29 Februari 2024

Rektor Universitas Pancasila Diperiksa Hari Ini, Korban Bantah Ada Motif Politik

Pengacara rektor Universitas Pancasila menuding ada motif politik karena isu pelecehan seksual ini mencuat jelang pemilihan rektor.

Baca Selengkapnya

Yayasan Minta Rektor Universitas Pancasila Kooperatif Jalani Proses di Polisi soal Dugaan Pelecehan

27 Februari 2024

Yayasan Minta Rektor Universitas Pancasila Kooperatif Jalani Proses di Polisi soal Dugaan Pelecehan

Yayasan Universitas Pancasila meminta rektor nonaktif ETH kooperatif menjalani proses di kepolisian dalam kasus dugaan pelecehan seksual

Baca Selengkapnya