Amerika Serikat Gunakan Serangan Siber untuk Cegat Rudal Musuh
Reporter
Eka Yudha Saputra
Editor
Maria Rita Hasugian
Rabu, 23 Mei 2018 16:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Militer Amerika Serikat terus berupaya menciptakan teknologi pertahanan baru yang lebih efisien dan hemat, salah satunya menggunakan serangan siber. Perang siber akan menjadi konsep baru perang modern, oleh karena itu militer Amerika Serikat menciptakan teknologi siber untuk meretas rudal sebelum meninggalkan landasan peluncuran.
Pentagon menilai sistem pertahanan serangan siber ini lebih efisien dibanding pencegat rudal konvensional, seperti dilansir dari Sputniknews, 23 mei 2018.
Baca: Amerika Serikat Diam-diam Uji Coba Rudal Nuklir ICBM
Laporan penggunaan serangan siber peretas rudal ini yang disampaikan kepada kongres tidak mengungkapkan nama-nama musuh potensial. Namun pengamat mengatakan Korea Utara dan Iran adalah target potensial peretas rudal ini.
"Amerika Serikat memiliki hak untuk melakukan aksi pencegahan peluncuran terhadap rudal musuh yang mengancam Amerika Serikat, sekutu, mitra, dan kepentingan Amerika Serikat lain," tulis dokumen Pentagon.
Strategi baru ini mewakili pendekatan yang lebih efektif secara anggaran dibandingkan dengan pengembangan rudal pencegat untuk menghancurkan rudal balistik dan mengurangi beban rudal pertahanan domestik.
Mantan calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, juga pernah meramalkan bahwa perang siber akan menjadi salah satu tantangan paling penting bagi presiden Amerika Serikat.
"Saya pikir keamanan cyber, perang siber, akan menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi presiden berikutnya" kata Hillary Clinton saat debat pertama pemilihan presiden.
Dia juga mengatakan bahwa Rusia sedang menguji reaksi Amerika Serikat terhadap serangan siber.
"Saya pikir mereka telah memperlakukannya sebagai probing (pengujian) seberapa jauh kita bisa mengatasinya, atau berapa banyak yang mampu kita lakukan," kata Hillary.
Baca: Militer Cina Kembangkan Sistem Senjata Laser, seperti Apa?
Inovasi ini memungkinkan Pentagon untuk mempertimbangkan teknologi perang siber ke gudang persenjataan antibastistiknya. Jika diterapkan untuk sistem pertahanan, maka militer Amerika Serikat mampu meledakkan rudal musuh sebelum keluar dari tempat peluncuran.