2 Korban Penangkapan di Starbucks Bercerita, Ini Kisahnya
Reporter
Yon Yoseph
Editor
Budi Riza
Jumat, 20 April 2018 13:53 WIB
TEMPO.CO, Philadelphia - Dua pria kulit hitam Amerika Serikat, yang ditangkap di Starbucks di pusat kota Philadelphia pada pekan lalu mengungkapkan apa yang mereka alami saat itu.
Sebelumnya, manajemen gerai kopi ritel terbesar dunia itu melaporkan kedua pria kulit hitam, Rashon Nelson dan Donte Robinson, telah masuk tanpa izin dan tidak memesan minuman namun hendak menggunakan toilet.
Baca: Starbucks Tutup 8000 Kafe Dipicu Penangkapan 2 Pria Kulit Hitam
Berdasarkan wawancara baru-baru ini, Nelson dan Robinson mengaku berada di sana untuk pertemuan bisnis yang mereka harapkan bisa mengubah hidup mereka.
Nelson dan Robinson untuk pertama kalinya mengungkapkan hal ini pada acara di televisi ABC News '"Good Morning America", pada Kamis pagi 19 April 2018 waktu setempat.
Baca: Dua Pria Kulit Hitam Ditangkap di Starbucks, CEO Meminta Maaf
Keduanya mengaku sedang menunggu seorang mitra bisnis potensial di Starbuck di Philadelphia's Rittenhouse Square, pada 12 April 2018. Saat itu seorang barista bertanya apakah mereka ingin memesan sesuatu. Mereka mengatakan tidak memesan dan hanya akan berada di situ untuk waktu yang singkat.
Nelson mengatakan dia sempat meminta izin untuk menggunakan toilet tetapi pelayan gerai memberitahu toilet itu hanya untuk pelanggan yang membayar.
Keduanya lalu duduk dan menunggu. Tak lama kemudian, mereka melihat petugas polisi masuk ke gerai Starbucks dan berbicara dengan manajer.
"Saya berpikir, polisi itu datang tentunya bukan untuk kami," kata Robinson, seperti dilansir ABC News pada 19 April 2018. "Kami sering melakukan pertemuan di Starbucks dari waktu ke waktu."
Mereka mengatakan tidak memikirkan apa pun sampai petugas mendekati meja mereka dan memberi tahu mereka agar mereka pergi.
"Keluar, Anda harus pergi. Anda tidak membeli apa-apa, jadi Anda tidak seharusnya ada di sini,'" kata Nelson meniru perintah para polisi.
Keduanya mencoba menjelaskan kepada petugas alasannya berada di sana. Robinson mengatakan dia bahkan menelepon orang yang mereka tunggu. Namun para petugas berulang kali bersikeras mereka harus pergi.
Petugas akhirnya memborgol Nelson dan Robinson, dan mengantar mereka keluar dari Starbucks dan masuk ke dalam mobil patroli sebelum membawa mereka ke kantor polisi. Keduanya kemudian dibebaskan dan tuduhan yang mereka hadapi - pelanggaran lintas batas dan menimbulkan gangguan - ditarik malam itu.
Robinson mengatakan polisi tidak pernah membacakan hak-hak mereka ketika memasang borgol sebelum menahan keduanya selama delapan jam.
Insiden itu direkam seorang pelanggan Starbucks dan langsung menjadi viral di media sosial. Kecaman dan protes terhadap Starbucks pun mengalir setelahnya.
Seorang juru bicara Starbucks langsung meminta maaf kepada kedua orang itu atas nama perusahaan kemudian mengkonfirmasi manajer toko yang menelepon polisi tidak lagi bekerja di sana.
Keesokan harinya, Starbucks mengumumkan dalam sebuah pernyataan mereka akan menutup lebih dari 8.000 toko milik perusahaan di seluruh negeri pada sore 29 Mei untuk melatih stafnya tentang cara menghindari perilaku rasis untuk mencegah sikap diskriminasi.
Stewart Cohen, pengacara yang mewakili Nelson dan Robinson, mengatakan kliennya telah bertemu muka dengan CEO Starbucks, tetapi itu tidak cukup. Polisi sedang menyelidiki kasus rasialisme di kafe Starbucks di Philiadelphia terhadap dua pria berkulit hitam pekan lalu.
Chief Executive Officer Starbucks, Kevin Johnson, meminta maaf atas penangkapan dua orang pria kulit hitam ini. Penangkapan ini memicu tudingan manajemen Starbucks melakukan tindakan bernuansa rasis terhadap pelanggannya yang berkulit berwarna.
“Sangat berat untuk menonton video yang direkam pelanggan. Tindakan di dalam rekaman itu tidak mewakili misi dan nilai-nilai Starbucks,” kata Johnson dalam pernyataannya, Ahad, 15 April 2018 seperti dilansir Reuters.