Pria Ini Beri Nama Anaknya Donald Trump, Warga Afganistan Murka

Sabtu, 17 Maret 2018 11:30 WIB

Gara-gara Donald Trump, Pria Afganistan Jadi Sasaran Ancaman Pembunuhan

TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga muslim di Afganistan menjadi sasaran ancaman pembunuhan karena memiliki anak laki-laki dengan nama Donald Trump.

Bermula saat istri Asadullah Poya melahirkan anak mereka pada tahun 2016. Poya memutuskan untuk menamai anaknya tersebut Donald Trump.

Saat itu, Donald Trump masih belum menjadi presiden Amerika Serikat yang kini dikritisi secara luas karena berbagai kebijakannya. Dia masih dikenal sebagai pengusaha dan selebriti terkenal.

Baca: Opium, Sarapan Anak-anak Afganistan

Poya mengagumi Trump setelah membaca buku Trump: How To Get Rich. Poya menyukai kisah sukses pebisnis itu. Karena itu, ia terinspirasi untuk menamai anaknya dengan nama Trump.

Dia juga berharap keputusannya memberi nama anaknya seperti nama pengusaha sukses Amerika Serikat itu akan membawa keberuntungan dan kekayaan berlimpah bagi mereka sama halnya dengan Trump di Amerika Serikat.

Advertising
Advertising

Dalam perjalanan nama itu lebih banyak menimbulkan masalah buat Poya dan keluarganya.

Orangtua Poya marah saat cucunya diberi nama sama dengan orang non-Muslim.

Baca: Ditolak Amerika, Tim Robot Gadis Afganistan Juara di Eropa

Lebih buruk lagi, para ulama di desa mereka juga kerap menyindir namanya melalui khotbah Jumat dan menganggapnya sebagai penghinaan.

"Setiap hari, situasinya semakin parah, saat saya memanggil anak saya, ayah saya semakin marah dan dia tidak lagi toleran terhadap hal ini," kata Poya, seperti dilansir ABC News pada 16 Maret 2018.

Akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan karirnya sebagai guru di desanya dan pindah ke Kabul. Namun, langkah tersebut juga tidak mengubah keadaan jadi lebih baik bagi keluarganya.

Pada hari Kamis, 15 Maret 2018, 5 tetangganya bertemu dengan pemilik rumah kontrakannya dan menuntut keluarga Poya dikeluarkan karena nama anaknya.

Bahkan, dia dituduh menggunakan nama anaknya sebagai penyokong untuk memfasilitasi penerapan suaka di Amerika Serikat. Membantah tuduhan itu Poya mengaku bahwa ia tidak pernah berniat meninggalkan negaranya.

Baca: Taliban: Bom Ambulans Afganistan adalah Pesan Khusus Buat Trump

Berita tentang nama anaknya itu juga telah tersebar luas di media sosial setelah seorang pejabat di Kabul mengungkapkannya di Facebook. Poya dan istrinya terpaksa menutup akun Facebook setelah mereka menerima berbagai pesan kebencian dan ancaman pembunuhan.

"Itu hanya sebuah nama, dan ketika anak saya besar, dia bisa mengganti namanya jika itu yang dia inginkan," kata Poya.

Poya menambahkan, jika waktu itu anaknya terlahir sebagai perempuan maka dia akan menamainya Ivanka Trump. Nama yang diyakininya tidak terlalu memecah belah itu bahkan direncanakan akan diberikan kepada anak berikutnya, jika istrinya suatu saat melahirkan anak perempuan.

Poya juga berharap bisa menemukan Donald Trump yang sebenarnya suatu hari nanti. Dia dia ingin berbicara dengan Presiden Trump dan berharap dia bisa memberi jaminan keamanan di Afganistan.

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

3 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

3 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

3 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

6 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

10 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

14 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

17 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

26 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

28 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

32 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya