Trump Vs FBI: Diplomat Demokrat Disebut Pembohong Besar

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Rabu, 7 Februari 2018 07:57 WIB

Presiden Donald Trump. REUTERS/Kevin Lamarque

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyerang sejumlah tokoh politik, penegak hukum dan intelejen, termasuk anggota DPR AS, Adam Schiff, dalam cuitannya pada Senin, 5 Februari 2018.


Trump juga terlihat mencoba mengecilkan peran Schiff, yang menjadi motor dari Partai Demokrat untuk mempublikasikan memo dukungan kepada FBI. Dukungan itu merupakan bantahan atas memo Partai Republik, yang menyerang FBI dan didukung Trump lewat deklasifikasi, pada pekan lalu.

Baca: Trump Mengklaim Memo FBI Bersihkannya dari Kolusi Rusia

Advertising
Advertising


"Adam Schiff kecil, yang mati-matian berusaha mengejar jabatan lebih tinggi, merupakan salah satu pembohong terbesar dan pembocor informasi di Washington, bersama Comey, Warner, Brennan, dan Clapper! Adam meninggalkan pertemuan tertutup komite untuk membocorkan informasi rahasia. Harus dihentikan!," kata Trump lewat akun Twitter @realdonaldtrump.

Baca: Trump Vs FBI: Proses Investigasi Dipolitisasi untuk Demokrat


James Comey merupakan bekas direktur FBI, yang diberhentikan Trump. John Brennan merupakan bekas direktur CIA, dan James Clapper adalah bekas direktur Intelejen Nasional AS. Baik Comey, Brennan dan Clapper berseberangan secara terbuka dengan Trump, yang menuding ketiganya sebagai pembocor berbagai informasi rahasia negara, yang memojokkan Trump, kepada media massa.


Lewat akun Twitter @RepAdamSchiff, Schiff menjawab tudingan Trump bahwa dia adalah seorang pembohong besar dan pembocor informasi rahasia negara.


"Pak Presiden, saya lihat pagi Anda sibuk dengan "Waktu Eksekutif". Daripada mencuit pencemaran bohong, rakyat Amerika akan menghargai jika Anda mematikan Tv dan membantu solusi krisis pendanaan, melindungi para imigran Dreamer atau... mengerjakan yang lain apapun juga itu," kata Schiff.


Schiff merupakan tokoh Demokrat di DPR AS dan menjadi anggota Komite Intelijen DPR AS. Dia mempelopori dokumen memo buatan Demokrat untuk mendukung Biro Investigasi Federal AS (FBI) dalam menjalankan tugasnya menginvestigasi dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dengan Rusia.


Memo Demokrat ini berisi poin-poin bantahan atas memo Partai Republik, yang dipublikasikan pekan lalu atas dukungan Trump, yang melakukan deklasifikasi atas dokumen rahasia itu.

Memo Republik menyatakan FBI melakukan investigasi yang bias dan menguntungkan Demokrat. Ini karena FBI memeriksa penasehat kampanye Trump Carter Page dengan menggunakan informasi dari dokumen buatan bekas mata-mata Inggris, Christopher Steele, yang dibayar oleh GPS Fusion.

Fusion merupakan lembaga riset yang dibayar Komite Nasional Demokrat, yang dibentuk Partai Demokrat, dan mengusung HillaryClinton sebagai kandidat Presiden AS 2016 melawan Trump.


Trump memiliki waktu sekitar lima hari sejak menerima dokumen memo Demokrat pada Senin malam waktu setempat untuk memutuskan apakah menyetujui publikasi memo itu dengan mendeklasifikasinya.


Dalam wawancara dengan ABC News, Schiff juga mensinyalir adanya kerja sama antara politikus Partai Republik dan Gedung Putih dalam mendeklasifikasi memo Republik, yang berisi kecaman atas FBI. Petinggi FBI telah menyatakan berkeberatan atas publikasi dokumen memo rahasia Partai Republik itu. Namun Trump mengabaikan keberatan ini dengan mengatakan rakyat Amerika berhak tahu.


Dalam cuitan lanjutannya, Trump memuji Ketua Komite Intelijen Partai Republik, Devin Nunes, yang berani mempublikasikan dokumen rahasia soal investigasi FBI itu.

"Wakil rakyat Devin Nunes, orang yang memiliki nyali besar, suatu waktu nanti bakal dikenang sebagai Pahlawan Besar Amerika karena berani mengekspos dan bertahan atas berbagai serangan," kata Trump lewat akun Twitternya.


Nunes menuding Demokrat sebagai pembocor berbagai informasi keamanan nasional rahasia yang dibahas di Komite Intelijen DPR AS. "Ketika kami sudah mendapatkan banyak fakta, kami akan mencari jalan untuk membuat rakyat Amerika tahu apa yang terjadi," kata Nunes dalam acara televisi Fox & Friends. Nunes merupakan pendukung Trump di kongres.

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

4 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

15 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Sejarah FBI dan Apa Saja Tugas-tugasnya

17 hari lalu

Sejarah FBI dan Apa Saja Tugas-tugasnya

FBI mengatakan bahwa pihaknya sudah membuka penyelidikan kriminal atas runtuhnya jembatan Baltimore.

Baca Selengkapnya

FBI Buka Penyelidikan Ambrolnya Jembatan Baltimore, Begini Cara Mereka Bekerja

18 hari lalu

FBI Buka Penyelidikan Ambrolnya Jembatan Baltimore, Begini Cara Mereka Bekerja

Agen FBI melakukan penyelidikan dengan menaiki kapal kargo Dali atas izin pengadilan terhadap kasus jembatan Francis Scott Key atau Jembatan Baltimore

Baca Selengkapnya

FBI Buka Penyelidikan Kriminal atas Runtuhnya Jembatan Baltimore

19 hari lalu

FBI Buka Penyelidikan Kriminal atas Runtuhnya Jembatan Baltimore

FBI mengatakan pada Senin pihaknya membuka penyelidikan kriminal atas runtuhnya jembatan Baltimore

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

24 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

27 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

31 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

31 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya