Unik, Bangladesh Bangun Taman Peredam Amarah

Reporter

Terjemahan

Selasa, 30 Januari 2018 10:22 WIB

Wali Kota Dhaka Selatan, Sayeed Khokon, membuka pembangunan taman peredam amarah pertama di Bangladesh. The Daily Star

TEMPO.CO, Jakarta - Bangladesh mulai membangun taman pengendalian amarah di ibu kota Dhaka, yang diharapkan akan membantu 15 juta warga mengatasi stres sehari-hari.

Seperti dilansir Daily Nation, Senin, 29 Januari 2018, kemacetan lalu lintas yang membuat komuter terperangkap di mobil mereka hingga lima jam sehari, polusi suara dan debu, kekacauan di musim hujan, serta kejahatan kecil menjadi keluhan sehari-hari warga Dhaka.

Sayeed Khokon—wali kota di bagian selatan Kota Dhaka—berharap taman seluas 15 hektare yang dibangun dengan anggaran US$ tujuh juta atau sekitar Rp 93,4 miliar di dekat kantor pemerintah utama itu bisa membantu mengurangi stres.

Proses pembangunan Taman Goswa Nibaroni atau pengendalian amarah, yang dimulai Ahad lalu, diperkirakan akan memakan waktu 12 sampai 14 bulan. Taman ini akan meliputi danau, tempat makan, musik yang santai, dan televisi dengan layar raksasa.

Baca juga:
Ke Bangladesh, Jokowi Bawa Bantuan untuk Pengungsi Rohingya

Advertising
Advertising

Khokhon menyebut konsep taman ini berasal dari tradisi kuno Bangladesh. Desa-desa memiliki gubuk kemarahan di tepi sungai terdekat untuk menenangkan orang-orang yang marah.

"Ide semacam itu sudah lama dilupakan. Kehidupan kota bisa menimbulkan stres berat. Penduduk kota dengan mudah mengalami kegelisahan," kata Khokon.

"Kalau Anda bertengkar dengan istri, Anda bisa pergi ke taman ini dan bersantai."

Dhaka, salah satu kota metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di dunia, kehilangan ruang hijau karena pembangunan massal wilayah permukiman baru.

Kota yang dulu dikenal dengan pepohonannya itu kini menjadi salah satu kota paling tercemar di dunia dengan tingkat polusi mendekati New Delhi di India.

Warganet terbelah antara yang mendukung dan menolak. Mereka yang menolak menganggapnya sebagai pemborosan anggaran.

Para pengkritik juga khawatir taman baru itu akan bernasib sama dengan ruang terbuka hijau lain di ibu kota Bangladesh, yang menjadi tempat nongkrong penjahat, pekerja seks, dan pengedar narkoba. "Inisiatif yang bagus, sampai ini menjadi surga bagi penjaja narkoba dan pelacuran," tulis Iftekhar Alam di Facebook.

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

16 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

5 hari lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

35 hari lalu

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

44 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

56 hari lalu

Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

Umar Syarif, 56 tahun, sudah 24 tahun berada di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. WNA asal Bangladesh ini sudah betah dan tak ingin pulang

Baca Selengkapnya

Tujuh Kecelakaan Industri Terbesar di Bangladesh, Apa Sebabnya?

1 Maret 2024

Tujuh Kecelakaan Industri Terbesar di Bangladesh, Apa Sebabnya?

Sedikitnya 46 orang tewas dan 22 lainnya luka parah di ibu kota Bangladesh, Dhaka, setelah kebakaran besar terjadi di sebuah restoran.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Melanda Gedung Bertingkat Enam di Bangladesh, 46 Orang Tewas

1 Maret 2024

Kebakaran Melanda Gedung Bertingkat Enam di Bangladesh, 46 Orang Tewas

Kebakaran hebat melanda sebuah restoran di gedung berlantai 6 di Bangladesh. Banyak korban tewas.

Baca Selengkapnya

Berkas Perkara 3 WNA yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh Sudah P21, Kejari Susun Dakwaan

17 Februari 2024

Berkas Perkara 3 WNA yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh Sudah P21, Kejari Susun Dakwaan

Setiap pengungsi Rohingya diharuskan membayar 100 ribu taka atau setara Rp 15,7 juta kepada 3 tersangka untuk pergi ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

14 Polisi Perbatasan Myanmar Kabur ke Bangladesh, Ada Apa?

5 Februari 2024

14 Polisi Perbatasan Myanmar Kabur ke Bangladesh, Ada Apa?

Sebanyak 14 anggota polisi penjaga perbatasan Myanmar melarikan diri ke Bangladesh akibat meningkatnya bentrokan dengan Tentara Arakan

Baca Selengkapnya