Alwaleed: Pejabat Saudi Korupsi, Dukung Anti-Korupsi

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Senin, 29 Januari 2018 11:55 WIB

Salah ruangan suite miliarder Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal ditahan di Ritz-Carlton, Riyadh, Arab Saudi, 27 Januari 2018. Pangeran Alwaleed bin Talal, sudah mendekam di penjara dua bulan, yang ditangkap dalam operasi pemberantasan korupsi . REUTERS/Katie Paul

TEMPO.CO, Riyadh -- Pangeran Alwaleed Bin Talal, yang merupakan konglomerat terkaya di Arab Saudi, mengakui jika negaranya mengalami kemunduran karena praktek korupsi oleh para pejabat pemerintah.


"Dalam dekade terakhir, banyak uang terbuang percuma.. Beberapa anggota pemerintahan terlibat dalam praktek korupsi. Saya pikir ini langkah sehat untuk membersihkan mereka dan membuat Arab Saudi menjadi bersih dan murni," kata Alwaleed, 62, dalam wawancara dengan media Reuters, Sabtu, 27 Januari 2018. Wawancara ini berlangsung di Hotel Ritz Carlton, yang menjadi lokasi penahanan sejumlah elit Saudi oleh KPK negara itu, selama sekitar 30 menit.

Miliarder Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal saat berada di kamar suite di Ritz-Carlton, Riyadh, Arab Saudi, 27 Januari 2018.Pangeran Alwaleed memiliki kekayaan hingga 17 miliar dollar Amerika Serikat atau Rp 226,13 triliun. REUTERS/Katie Paul

Baca: Soal Pembayaran Denda Rp 80 Triliun, Pangeran Alwaleed Bilang Ini

Advertising
Advertising


Alwaleed memuji upaya pemerintah Arab Saudi untuk memberantas praktek korupsi dari negara kerajaan ini. "Bagi saya, mereka telah mencoba adil dan jujur dan saya telah bersikap adil dan jujur juga kepada mereka," kata Alwaleed. "Sayangnya, orang yang bersikap anti-korupsi justru terkena proses ini, yang merupakan fakta yang saya terima." Alwaleed mengaku dirinya sebagai anti-korupsi.

Baca: Pangeran Alwaleed bin Talal Bebas, Dipaksa Bayar Rp 80 Triliun


Menurut Alwaleed, ada sekitar 300 orang yang ditahan di hotel itu dan mayoritas telah keluar. "Itu artinya, mayoritas orang itu tidak bersalah," kata dia. "Namun memang ada sebagian yang membuat kesepakatan.. Tapi itu antara mereka dan pemerintah."


Seperti diberitakan, konglomerat terkaya Arab Saudi, Pangeran Alwaleed Bin Talal, termasuk satu dari sekitar 200 elit Saudi yang ditangkap KPK Saudi sejak 4 November 2017. Mereka terdiri dari pejabat, mantan pejabat, pangeran dan konglomerat.

Salah ruangan kamar suite miliarder Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal ditahan di Ritz-Carlton, Riyadh, Arab Saudi, 27 Januari 2018. Pangrean Alwaleed ditahan dengan berbagai tuduhan tindakan pelanggaran hukum, seperti pencucian uang, penyuapan, dan pemerasan. REUTERS/Katie Paul


Operasi anti-korupsi ini digelar Raja Salman Bin Abdul Aziz dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman sejak awal November 2017.


Dalam wawancara itu, Alwaleed membantah bahwa dia diwajibkan membayar uang kompensasi sebesar US$6 miliar atau sekitar Rp80 triliun kepada pemerintah Saudi terkait kasus korupsi sebagai syarat pembebasan.


"Semua itu keliru. (Dan) Isu penyiksaan ini.. itu sangat mengganggu saya, jadi saya menerima permintaan wawancara ini," kata Alwaleed, yang juga pemilik perusahaan konglomerasi Kingdom Holding. Alwaleed telah dibebaskan dari penahanan di Hotel Ritz Carlton pada Sabtu, 27 Januari 2018.


Alwaleed mengatakan dia membaca informasi soal pembayaran uang kompensasi ini di beberapa media massa terkemuka Barat. Saat Reuters menanyakan bagaimana skema penyelesaian finansial terkait penahaannya ini, Alwaleed mengatakan dia tidak bisa mengungkapkannya.


"Tidak mesti seperti itu. Saya tidak bisa mengungkapkannya karena ada dua pihak di sini. Sejauh ini kami berbicara dan hasilnya bagus," kata Alwaleed. "Jika orang dengan status seperti saya ada keraguan di sekitarnya maka sangat penting untuk menghilangkan keraguan ini 100 persen."


Alwaleed merupakan orang terkaya di Saudi versi majalah Forbes dengan kekayaan dikabarkan mencapai sekitar 17,4 miliar dollar atau sekitar Rp231,5 triliun. Lewat perusahaan Kingdom Holding, yang sahamnya dimiliki sekitar 95 persen, Alwaleed memiliki sejumlah saham di perusahaan dunia seperti Twitter, Citigroup, dan Lyft.


Pemerintah Arab Saudi dikabarkan meminta uang kompensasi kepada para tersangka korupsi, termasuk Alwaleed, sekitar 30 persen dari total aset yang dimiliki baik dalam bentuk tunai hingga kepemilikan saham. Pemerintah Saudi mengatakan praktek korupsi yang terjadi di kerajaan ini selama bertahun-tahun telah merugikan uang negara hingga minimal US$100 miliar atau sekitar Rp1300 triliun.

Berita terkait

Saudi Terapkan Hukum Perdata untuk Naikkan Investasi, Investor Masih Berhati-hati

10 Januari 2024

Saudi Terapkan Hukum Perdata untuk Naikkan Investasi, Investor Masih Berhati-hati

Arab Saudi mulai 16 Desember 2023, memberlakukan hukum perdata tertulis pertama untuk meningkatkan investasi, namun investor tetap berhati-hati.

Baca Selengkapnya

Kunjungan Dadakan Putin ke Saudi Masih Misterius, MbS Berjanji Akan ke Moskow

7 Desember 2023

Kunjungan Dadakan Putin ke Saudi Masih Misterius, MbS Berjanji Akan ke Moskow

Rencana MbS ke Rusia batal, sehingga Putin tiba-tiba yang terbang ke Saudi untuk menemui pemimpin negara eksportir minyak terbesar dunia tersebut

Baca Selengkapnya

Normalisasi Israel - Saudi Tak Akan Perbesar Peluang Palestina Merdeka

29 September 2023

Normalisasi Israel - Saudi Tak Akan Perbesar Peluang Palestina Merdeka

Normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel tampaknya tidak akan memperbesar peluang Palestina mendapat menjadi negara merdeka dan berdaulat.

Baca Selengkapnya

Saudi Minta Jaminan Keamanan dari AS sebagai Syarat Hubungan dengan Israel, Palestina Ditinggalkan?

29 September 2023

Saudi Minta Jaminan Keamanan dari AS sebagai Syarat Hubungan dengan Israel, Palestina Ditinggalkan?

Saudi menuntut terbentuknya pakta militer dengan AS sebagai syarat normalisasi hubungan dengan Israel, meski tidak ada konsesi untuk Palestina merdeka

Baca Selengkapnya

Cagar Alam Uruq Saudi Masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO

21 September 2023

Cagar Alam Uruq Saudi Masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO

Cagar Alam Uruq Bani Ma'arid di Arab Saudi masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Saudi Undang Houthi Bahas Gencatan Senjata Permanen di Yaman

15 September 2023

Saudi Undang Houthi Bahas Gencatan Senjata Permanen di Yaman

Arab Saudi mengundang delegasi Houthi ke Riyadh untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata permanen di Yaman

Baca Selengkapnya

Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

7 Agustus 2023

Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

Seorang wanita Saudi membuktikan pepatah lama "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" dengan kembali ke sekolah - pada usia 110 tahun.

Baca Selengkapnya

Saudi dan Houthi Akan Berunding, Perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

8 April 2023

Saudi dan Houthi Akan Berunding, Perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

Delegasi Saudi-Oman berencana melakukan perjalanan ke Sanaa berunding dengan Houthi untuk perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

Baca Selengkapnya

Pembakaran Al-Quran Terjadi Lagi di Denmark, Saudi dan Negara Muslim Kutuk Keras

27 Maret 2023

Pembakaran Al-Quran Terjadi Lagi di Denmark, Saudi dan Negara Muslim Kutuk Keras

Arab Saudi bersama Yordania, Kuwait, dan Qatar mengutuk pembakaran Al-Quran dan bendera Turki pada Jumat oleh kelompok Patrioterne Gar Live di Denmark

Baca Selengkapnya

Saudi Bebaskan Warga AS, Ditahan 19 Tahun karena Kritik Kerajaan di Twitter

21 Maret 2023

Saudi Bebaskan Warga AS, Ditahan 19 Tahun karena Kritik Kerajaan di Twitter

Saudi membebaskan seorang warga negara AS yang dipenjara selama 19 tahun karena mengunggah kritik terhadap Kerajaan di Twitter.

Baca Selengkapnya