Dunia Kutuk Teror Bom Taliban di Afganistan Tewaskan 95 Orang
Reporter
Terjemahan
Editor
Maria Rita Hasugian
Minggu, 28 Januari 2018 11:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Dunia mengutuk teror bom Taliban di Kabul, Afganistan yang menewaskan sedikitnya 95 orang dan melukai sekitar 200 orang kemarin, 27 Januari 2018.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan serangan membabibuta terhadap warga sipil merupakan kejahatan terhadap HAM dan hukum internasional dan tidak akan pernah dibenarkan.
Baca: Bom Bunuh Diri di Afganistan, Taliban Gunakan Ambulans
"Mereka yang bertanggung jawab atas serangan hari ini harus diadili," kata Guterres dalam pernyataannya melalui juru bicaranya, seperti dikutip dari Associated Press of Pakistan, 27 Januari 2018.
Guterres juga menyampaiakn rasa duka yang mendalam kepada keluarga korban dan berarap agar yang mengalami luka segera sembuh.
Sekretaris Jenderal Perwakilan Khusus PBB di Afganistan, Tadamichi Yamamoto mengatakan ledakan terjadi di dekat kantor Dewan Tinggi Perdamaian di Kabul. Sekitar lokasi ini ditempati warga sippil sehingga mereka banyak yang menjadi korban ledakan bom yang ditaruh di dalam mobil ambulans oleh milisi Taliban.
Baca: Taliban Serang Markas Militer Afganistan, 140 Prajurit Tewas
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengutuk serangan bom mobil di Kabul, Afganistan. Menurutnya dari serangan ini perlu diperbaharui upaya menghancurkan Taliban bersama mitranya, Afganistan.
"Saya mengutuk serangan bom mobil yang tercela di Kabul hari ini yang menewaskan warga sipil tak berdosa dan ratusan orang terluka," kata Trump seperti dikutip dari Washington Post.
"Serangan pembunuhan ini memperbaharui penyelesaian kkami dan mitra kami, Afganistan . Kebrutalan Taliban tidak akan menang," ujar Trump.
Baca: Pesan Taliban Kepada Donald Trump: Tinggalkan Afganistan!
Trump pun menyerukan seluruh negara mengambil aksi nyata melawan Taliban dan teroris yang mendukungnya.
Kutukan sekaligus kecaman atas teror bom mobil Taliban di Kabul, Afganistan juga disampaikan oleh pemerintah kerajaan Inggris dan India serta negara-negara di Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Bahrain.