Jual Gelar Palsu, Perusahaan Pakistan Raup Ratusan Miliar

Reporter

Terjemahan

Kamis, 18 Januari 2018 17:15 WIB

Ilustrasi gelar sarjana palsu

TEMPO.CO, Jakarta -Sebuah perusahaan informasi teknologi di Pakistan yang menjual gelar palsu secara online, berhasil meraup jutaan dollar atau ratusan miliar rupiah dari para pembeli asal Inggris hanya dalam satu tahun.

Seperti dilansir The Sun, Rabu 17 Januari 2018, lebih dari 3.000 kualifikasi gelar palsu dijual ke pembeli di Inggris sejak 2013 hingga 2014 oleh sebuah perusahaan bernama Axact yang berkantor di Kota Karachi.

Pada 2015, Axact dilaporkan menjual lebih dari 215 ribu gelar palsu secara global senilai US$51 juta atau setara dengan Rp670 miliar.

Modus Axact menggaet pembeli dengan membuat ratusan universitas online palsu. Ada yang bernama Brooklyn Park University dan Nixon University.

Para pembeli asal Inggris yang bersedia merogoh kocek dalam jumlah besar ini dilaporkan bekerja sebagai perawat, konsultan di Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) hingga kontraktor pertahanan.

Advertising
Advertising

Baca juga:

Inggris-Pakistan Akan Kerjasama Perangi Terorisme

"Gelar palsu ini merugikan pelajar dan pengusaha sejati. Jadi kami telah mengambil tindakan tegas untuk menindak orang-orang yang mencari keuntungan," kata Juru Bicara Kementerian Pendidikan Pakistan.

Beberapa staf klinis NHS juga terungkap membeli kualifikasi atau gelar palsu dari Axact. Ketika diberitahukan bahwa master sains dan teknologi kesehatan yang dimiliki oleh para staf adalah palsu, seorang konsultan di bidang pengobatan anak mengaku sangat terkejut.

Sementara perusahaan kontraktor keamanan, FB Heliservices, ternyata juga memiliki tujuh karyawan yang membeli gelar dari Axact, termasuk dua pilot helikopter. Gelar palsu itu dibeli dari Axact pada 2013-2015.

Kepala Pendidikan Tinggi Datacheck, Jayne Rowley mengatakan, membeli gelar palsu merupakan kecurangan dan bisa dikenakan sanksi hukum. Hanya 20 persen pengusaha maupun perusahaan di Inggris yang benar-benar memeriksa kualifikasi gelar karyawan mereka.

Tak hanya menjual gelar palsu. Bekas agen FBI, Allen Ezell, yang telah menyelidiki Axact sejak tahun 1980-an, menyebut perusahaan itu juga melakukan pemerasan terhadap pelanggannya.

Salah satunya dialami oleh Cecil Horner, teknisi Inggris yang kini bekerja di Arab Saudi. Anak Horner, Malcolm, mengaku masih menerima telepon ancaman dari perusahaan Pakistan itu setelah ayahnya yang meninggal pada 2015, membeli dokumen gelar palsu hampir sebesar 500 ribu poundsterling.

Berita terkait

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

2 hari lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

11 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

17 hari lalu

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

Negara dengan biaya hidup termurah di dunia pada 2024, Pakistan berada di urutan pertama

Baca Selengkapnya

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

18 hari lalu

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.

Baca Selengkapnya

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

28 hari lalu

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

Menlu Jerman Annalena Baerbock disebut mendesak NATO untuk memblokir rancangan resolusi PBB yang menyerukan penghentian ekspor senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

29 hari lalu

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

Dewan HAM PBB akan mempertimbangkan rancangan resolusi pada Jumat 5 April 2024 yang menyerukan embargo senjata terhadap Israel.

Baca Selengkapnya

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

52 hari lalu

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

Asif Ali Zardari mantan suami Benazir Bhutto yang dua kali menjabat perdana menteri Pakistan

Baca Selengkapnya

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

58 hari lalu

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

44 tahun lalu, Zulfikar Ali Bhutto, ayah Benazir Bhutto, dihukum gantung dengang sewenang-wenang di bawah rezim militer Pakistan Jenderal Zia-ul-Haq.

Baca Selengkapnya

Partai Sekutu Imran Khan Tak Penuhi Syarat Masuk Parlemen Pakistan

59 hari lalu

Partai Sekutu Imran Khan Tak Penuhi Syarat Masuk Parlemen Pakistan

Kandidat independen dari Dewan Sunni Ittehad (SIC) yang didukung partai Imran Khan, yakni Pakistan Tehreek-e-Insaf tak memenuhi syarat masuk parlemen.

Baca Selengkapnya

Bulog Membeli Beras 300 Ribu Ton dari Thailand dan Pakistan, Tambah Stok Jelang Ramadan

4 Maret 2024

Bulog Membeli Beras 300 Ribu Ton dari Thailand dan Pakistan, Tambah Stok Jelang Ramadan

Perum Bulog mengimpor beras sebanyak 300 ribu ton dari Thailand dan Pakistan untuk memperkuat stok pangan nasional menghadapi Ramadan dan Idul Fitri

Baca Selengkapnya